Kemunculan media sosial saat ini menjadi peranan penting bagi seluruh aspek kehidupan. Terutama dalam kegiatan Public Relations. Perkembangan teknologi yang sangat pesat ini memunculkan media sosial yang mana terus berkembang dan berinovasi.
Media sosial dalam kegiatan Public Relations tidak hanya menjadi media baru, tetapi mengubah serta menunjang aktivitas Public Relations secara radikal. Sebelum adanya kehadiran media sosial, Public Relations hanya berkomunikasi secara satu arah saja (One Way Communication), hal ini mengakibatkan aktivitas PR belum dikatakan efektif dan efisien pada saat itu serta tidak adanya interaktivitas yang menonjol antar masyarakat.
Public Relations saat itu hanya mengandalkan One Way Communication dalam segala aktivitasnya, dengan melalui radio, majalah, koran, dan televisi. Hal ini tak jarang mendapatkan miss understanding bagi masyarakat dan juga bagi PR dalam mendapati suatu respon. Adanya miss understanding ini disebabkan dari beberapa gangguan, seperti jaringan yang tidak stabil, tidak adanya respon yang interaktif sehingga feedback yang didapatkan tidak maksimal. Seorang Public Relations harus dapat memanfaatkan kehadiran media sosial ini untuk meningkatkan interaktivitas kepada masyarakat sehingga dapat membangun hubungan dan citra kepada masyarakat.
Dewasa ini, dunia tak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu, tidak adanya sekat-sekat antar daerah maupun negara. Seluruh lapisan masyarakat di seluruh dunia dapat bertukar pesan kapanpun, dimanapun, dan dengan siapapun. Banyak masyarakat dari berbagai kalangan telah menggunakan media sosial setiap harinya, sehingga seorang PR mampu memberikan hubungan yang baik melalui media sosial.
Seperti misalnya, suatu perusahaan akan meluncurkan suatu produk, maka kesempatan bagi seorang PR untuk menyebarkan informasi launching produk itu melalui media sosial, informasi ini dapat berupa foto iklan, video, bahkan dapat disebarkan secara Live Streaming melalui media sosial. Tidak ada lagi alasan bagi seorang PR untuk tidak dapat menjaga hubungan yang baik dengan masyarakat di era digital ini.
Menurut Gustavsen dan Tilley mengacu pada Dholakia dkk yang mengidentifkasi enam dimensi keinteraktifan yakni kendali pemakai (user control), personalisasi, kecepattanggapan, keterkoneksian, interaksi real time, dan playfulness. Seorang PR juga dapat mampu memahami karakterisitik pengguna media sosial, apa yang sedang digandrugi para pengguna , konten apa yang dapat menarik perhatian para pengguna. Karena bahwasanya tidak cukup hanya memposting suatu konten tanpa ada suatu unsur tujuan yang jelas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H