Lihat ke Halaman Asli

Darurat Kesehatan Mental bagi Remaja Masa Kini

Diperbarui: 8 November 2023   14:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Kesehatan mental remaja bukanlah isu baru di kalangan masyarakat. Banyak masyarakan yang berpikir bahwa remaja masa kini dianggap lebih lemah mentalnya. Pendapat ini juga didukung dengan banyaknya kasus-kasus seperti self-diagnose, memamerkan atau bahkan mengeluh tentang gangguan kesehatan mental di sosial media, hingga kasus mengenai bunuh diri.

Tapi apakah benar isu-isu tersebut? Apakah teman-teman setuju dianggap lebih mudah "kena mental"? Yuk, kita bahas apakah benar isu mengenai teman-teman yang disebut "kena mental"?

Kenapa sih kira-kira hal tersebut bisa terjadi di kalangan remaja masa kini? Faktor utama mungkin karena semakin berkembangnya sosial media. Mungkin zaman dulu banyak yang belum mengenal sosial media. Sedangkan di masa sekarang ini, banyak remaja-remaja yang sudah bisa atau bahkan ahli dalam mengakses sosial media. Hal tersebut pastinya membuat remaja masa kini lebih mudah mengakses berbagai berita dan mengetahui apa saja ayang sedang ramai terjadi di masyarakat. Sehingga, hal tersebut dapat menyebabkan ramaja masa kini menjadi lebih mudah untuk membanding-bandingkan yang akhirnya menyebabkan remaja masa kini lebih rentan "kena mental".

Berdasarkan survei yang sama dari American Psychological Association, disebutkan bahwa gen Z lebih cenderung lebih banyak mencari bantuan kesehatan mental dibandingkan generasi lainnya. Hal ini menunjukkan mereka lebih paham, peka, dan peduli terhadap kesehatan mental mereka dibandingkan generasi sebelumnya.

Dulu, kita mungkin hanya menganggap hal tersebut sebagai perasaan sedih dan takut biasa. Tapi, seiring berjalannya waktu, saat ini kita memahami bahwa mungkin saja perasaan-perasaan negatif yang kita rasakan sebaiknya dikonsultasikan lebih lanjut dengan tenaga kesehatan mental profesional.

Maraknya persebaran berita juga akhirnya membuat seakan-akan semakin banyak kasus pelajar yang "kena mental". Padahal, bisa saja memang karena sebelumnya kita yang tidak bisa mengakses berita-berita tersebut. Coba bayangkan masa belasan atau puluhan tahun yang lalu. Masa-masa di mana telepon genggam tidak secanggih saat ini.

Masa-masa di mana mungkin masih ada televisi yang tidak jernih. Masa-masa di mana kita masih menggunakan layar tancap untuk menonton bersama. Tentunya kondisi ini berbeda dengan masa sekarang di mana kita sudah bisa mengetahui banyak hal hanya dengan mengetik dan mencarinya menggunakan gadget.

Jadi, dibandingkan kita sibuk memberikan stigma, alangkah lebih baik jika kita bersama-sama menciptakan lingkungan yang positif bagi generasi masa kini, khususnya para pelajar, dan berusaha memberikan fasilitas yang memadai untuk perkembangan mereka, termasuk untuk menjaga kesehatan mental mereka.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline