Pemandian Air Panas Ranoraindang terletak di bagian utara dari Desa Leilem Raya, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara. Sungai ini memiliki arah aliran yang cenderung selatan-utara menuju ke Laut Sulawesi. Penduduk Desa Leilem Raya memanfaatkan air panas tersebut untuk mandi dengan mencampurkan air sungai yang lebih dingin dan memiliki pH relatif netral, kemudian dialirkan melalui bulu-bulu bambu. Pengunjung dengan kulit sensitif disarankan untuk tidak bermain-main dengan air panas yang bersifat asam. Obyek wisata Pemandian Air Panas Ranoraindang merupakan obyek wisata alam dengan hawa yang sejuk dan pemandangan alam yang indah, dengan keistimewaan airnya yang panas dan jernih.
Ranoraindang memiliki 5 pancuran air panas dengan suhu yang sama. Jumlah pengunjung di obyek wisata Pemandian Air Panas Ranoraindang mengalami peningkatan, dengan bertambahnya jumlah pengunjung. Hal ini linear dengan penigkatan fasilitas toilet yang diperlukan pengunjung.
Pengelolaan Toilet belum diolah dengan baik dan bilik toilet di pariwisata air panas ranoraindang desa leilem masih kurang sehingga banyak pengunjung kecewa. Kerja sama antara wisatawan atau masyarakat dan juga pihak pengelola objek wisata sangat dibutuhkan dalam rangka menunjang perkembangan objek wisata. Mewujudkan hal tersebut, maka pengelola objek wisata pemandian air panas di desa leilem harus benar-benar memperhatikan hal-hal tersebut seperti meningkatkan kualitas terhadap pelayanan serta meningkatkan kualitas sarana dan prasarana dan mutu atau fasilitas pendukung yang ada. Selain kualitas pelayanan dan fasilitas ketersediaan, keamanan dan keselamatan di area objek wisata juga perlu diperhatikan untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan disekitar objek wisata. Objek wisata pemandian air panas ranoraindang di desa leilem ini jika dikelola dengan baik dan benar, tentunya akan memberikan dampak yang baik terhadap pembangunan secara menyeluruh.
Dari pengamatan langsung di lapangan oleh Novie Roky Anders Palar dan Dr. Joice J.I. Rompas dalam kegiatan PKM diperoleh beberapa aspek dari kelompok mitra berupa penanganan dan kesadaran masyarakat masih kurang, kurangnya pemahaman tentang menjaga kebersihan penggunaan toilet, dan manajemen keuangan kelompok pengelolaan tempat wisata lebih khusus Toilet dan sanitasinya belum dikelola dengan baik. Permasalahan lain yaitu kurangnya penyuluhan, pelatihan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya kebersihan dalam penggunaan toilet.
Solusi yang ditawarkan dari penelitian tersebut yaitu dengan menerapkan manejemen pengelolaan keuangan dengan model pembukuan sederhana yaitu buku kas pengeluaran dan pengelolaan toilet di objek wisata air panas ranoraindang desa leilem.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H