Lihat ke Halaman Asli

Astri Budiarti

Guru Seni Budaya

Festival Rampak Sekar Menumbuhkan Motivasi Pelestarian Seni Tradisional

Diperbarui: 20 Agustus 2023   12:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber : Astri Budiarti

Pada zaman era globalisasi ini kebudayaan lokal seakan akan merupakan hal yang kuno di sudut padang para remaja. Mereka lebih menyukai aliran musik Barat atau  K-Pop dibandingkan dengan musik tradisional, yang seharusnya hal tersebut menjadi regenerisasi dan sudah seharusnya dipertahannkan dengan melestarikan budaya, salah satunya dengan melestarikan dan mempelajari lagu-lagu Kawih misalnya pada hasil karya sang legendaris tokoh Sunda yaitu Mang Koko. Beliau merupakan budayawan sunda yang  begutu banyak menhasilkan karya karya ciptaan lagu-lagu sunda, membentuk group-group lingkung seni dan beliau juga sempat mengajar di STSI Bandung danBeliau wafat di Bandung, 4 Oktober 1985 pada usia 68 tahun.

Ciptaan lagu lagu sunda yang beliau ciotakan diantaranya adalah Sabilulungan,Bulan teh Langlayangan Peuting, Angkatan Perang,Karatagan Divisi Siliwangi., Pasundan Eksiganda, Seuneu Bandung.Tentara Siliwangi,konperensi Asia Afrika dan Reumis Beureum Dina Eurih. Pada lagu yang beliau ciptakan ada lagu-lagu yang dibuat dengan pembagian suara, sajian bentuk vokal tersebut biasanya ada di rampak sekar atau layeutan sora.

Sangat jarang sekali ada perlombaan rampak sekar ataupun layeutan sora, dengan mengikuti lomba rampak sekar yang sempat diadakn oleh SMK PASUNDAN 2 GARUT dalam reangka HUT Kabupaten Garut ini menumbuhkan motivasi peserta didik untuk mempelajari lagu lagu sunds khusunya karya Mang Koko. Paduan suara SMPN 1 Leuwigoong ikut serta dalam festuval terebut, dengan memilih salah satu lagu ciptaan Mang Koko yaitu Pasundan Eksiganda.

Lagu lagu sunda yang dipelajari dan dilatih oleh peserta didik pada perlombaan tersebut menjadikan peserta didik mengenal lagu arau kawih sunda dan menambah wawasan dalam lingkup kesenian tradisional. Diantaranya peserta didik menjadi tahu mengenai nada pentatonis khusunya laras degung yang berbeda dengan nada umum atau diatonis.

Rampak sekar adalah penyajian bentuk vokal yang disajikan dengan satu suara dan anggotnya minimal 15 orang. Namun pada festival rampak sekar tersebut ada lagu yang dibawakan secara pembagian suara baik itu dua suara ataupun dua suara, penyebutannya bisa yaitu Layeutan Sora. Pada festival rampak sekar membawakan satu lagu wajib yaitu Mars SMK 2 Pasundan Garut dan 2 lagu pilihan dari karya Mang Koko yaitu Bandung dan Pasundan Eksiganda (2 suara).

Media audio sangat dibutuhkan dalam berlatih paduan suara, karena kemampuan peserta didik tidak semua mumpuni dalam memca partitur. Oleh karena itu harus ada media pembantu lainnya dengan cara merekam pembagian suara yang digunkan kemudian di bagikan ke peserta didik untuk di dengarkan secara berulang ulang (metode drill).

Selain media audio, metode tutor sebaya juga sangat membantu dalam berlaih paduan suara, peserta didik dilatih oleh temannya yang sudah bisa menguasai nada, maka peserta didik lebih leluasa karena biasanya jika berlatih dengan teman sebaya akan lebih cepat menyerap nada karena tidak cangggung dan malu. Metode tutor sebaya dapat memotivasi peserta didik untuk mandiri dan aktif. Pada perlombaan paduan suara dibutuhkan kekompakan dan keharmonisan, karena media audio dan metode tutor sebaya sangat membantu dalam.

Berikut dibawah ini dokumentasi dari festival rampaksekar :

Sumber : Astri Budiarti




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline