Lihat ke Halaman Asli

Astri Wijaya

available

Sejarah Situs Batu Guling, Desa Datar, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah

Diperbarui: 21 Desember 2022   06:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Situs Watu Guling merupakan situs yang terdapat di Desa Datar, Kecamatan Sumbang, Kabupaten Banyumas dan terletak sebelah selatan pemakaman umum Desa Datar. Dinamakan Situs Batu Guling menurut cerita masyarakat setempat, pada awalnya situs tersebut merupakan punden berundak yang berorientasi ke arah utara-selatan mengarah ke Gunung Slamet yang diyakini sebagai tempat bersemayamnya para arwah nenek moyang. Dan batu tersebut jatuh terguling-guling dan akhirnya berhenti di daerah datar kemudian, karena daerah tempat berhentinya batu tersebut maka disebut dengan Desa Datar, sedangkan batunya dikenal dengan Batu Guling.

Menurut Ny. Karsinah sebagai juru kunci mengatakan tidak mengetahui secara pasti sejarah Situs Batu Guling karena situs ini telah ada sejak nenek moyang beliau. Tetapi Ny. Karsinah memperkirakan Situs Batu Guling pada masa orang tuanya sudah ada sekitar 95 tahun dan diperkirakan telah berusia ratusan tahun. Situs Batu Guling ini merupakan peninggalan zaman majapahit pada saat penyebaran agama sebelum masehi.

Di area Situs Batu Guling ini terdapat dua buah menhir yang cukup tinggi berdiri pada jarak beberapa langkah. Di sisi sebelah kanan terdapat tatanan batu berbagai bentuk dan ukuran. Di atas batu datar, disebelah kanan menhir terdapat onggok hitam bekas bakaran kemenyan. Terlihat beberapa buah batu menhir berukuran kecil disebelah kanan batu menhir besar di ujung. Dan ada juga sebuah batu dakon cukup besar, dengan lubang- lubang di atas permukaannya yang telah diisi batu-batu bulat. Ada lima buah lubang melingkar di permukaan batu batu itu, dengan dengan satu lubang di tengahnya.

Ketinggian batu menhir berbentuk persegi ini adalah 137 cm, dengan lebar 42 cm. Kedua menhir itu berjajar ke arah Utara- Selatan, mengarah ke Gunung Slamet dimana arwah leluhur bersemayam dan Laut Selatan. Sedangkan batu lumpang tingginya 25 cm, garis tengah 46 cm dan ketebalan dindingnya sekitar 4 cm. Batu-batu lainnya di situs ini kebanyakan memiliki permukaan halus, berbentuk lonjong atau datar.

Situs Batu Guling ini berada di tanah milik keluarga Ny. Karsinah di area sekitar panjang 5 m dan lebar 4m, pembangunan pagar dilakukan oleh beberapa mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) agar dirawat dan dan pada tanggal 18 Juli 2008 diresmikan oleh Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Banyumas. Di lokasi situs, selain Watu Guling juga terdapat batu kecil  yang bercap tiga jari manusia dan ada batu yang memiliki keunikan berupa genangan air pada cekungan salah satu batu yang tidak pernah kering dan biasanya pengunjung meminta air atau bisa langsung meminum airnya ditempat bagi orang yang percaya bahwa air tersebut konon bisa menyembuhkan orang-orang yang sakit. Menurut orang zaman dahulu diperkirakan sebagai alat untuk menumbuk atau meracik obat-obatan. Dihari- hari tertentu situs juga ramai di datangi pengunjung, terutama saat Bulan Sura atau Muharam.

Menurut Ny. Karsinah, dahulu batu yang sebelah kanan pernah diambil orang namun setelah orangnya balik batu tersebut sudah kembali lagi yang menurut Ny. Karsinah, orang zaman dahulu merupakan orang sakti. Sebagai bentuk penghormata kepada Situs Batu Guling ini Ny. Karsinah melakukan perawatan secara rutin. Perawatan yang beliau lakukan adalah dengan membersihkan tempat tersebut.

Ny. Karsinah juga mengatakan dari sekian banyak kisah yang berkembang tentang Situs Batu Guling, salah satunya berkaitan dengan sejarah penyebaran agama Islam oleh Syeh Maulana Maghribi. Dalam hal ini kata Ny. Karsinah, masyarakat meyakini bahwa batu-batuaun Situs Guling ini merupakan peninggalan Syeh Maulana Maghribi yang singgah di Desa Datar. Masyarakat Desa Datar menduga batu yang mirip lumpang ini merupakan tempat menampung air yang digunakan Syeh Maulana Maghribi untuk berwudu. Dan tempat ini dekat dengan sungai dan memiliki kemiripan dengan beberapa situs lainnya di Sumbang dan Baturraden yang konon merupakan peninggalan Syekh Maulana Maghribi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline