.
Lemari itu masih mengisahkan teka teki
Pada setiap lembar baju yang dilipat
Ibu
.
Dan dari jendela angin berbisik
Tentang suara-suara yang lahir dari rahim kekosongan
Kita seakan bisu sesaat menyimak pilu
Tak ada yang kurang dan abadi, begitu?
.
Dan dari matamu tak dapat kupadamkan cerita
Ladang diatas langit, berisi ruang yang bercahaya
Sedang dikepala ini kumasih memeluk bunyi
Yang tak kudapat kusentuh, sebentar lagi mungkin mati
.
Lekas lihatlah dunia yang mengorbit pada satu tumpu itu
Ia berisi penafsiran dan teka teki yang lalu
Yang kadang terik dan kadang banjir
Dengan permasalahan cuaca yang lahir
.
Dunia yang berisi cerita yang tak abadi
Adalah sesuatu yang akrab,bukan?
.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H"Hukuman, anakku, bagi setiap orang yang tidak dapat menempatkan diri secara tepat dalam tata kehidupan. Kalau bintang dia bintang beralih, kalau hutan dia hutan larangan, kalau batu dia batu ginjal, kalau gigi dia gigi gingsul. Ah, kau bosan mendengarkan kata-kata Bundamu, Beristirahatlah, kau beristirahat, dan nikmati istirahatmu." Pramudya Ananta Toer, Bumi Manusia