Lihat ke Halaman Asli

Konsistensi dan Kesetiaan adalah Kunci Sukses dan Bahagia

Diperbarui: 12 Mei 2022   20:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Pertama saya ingin meminjam berita terkutip dibawah ini sebagai salah satu illustrasi yang saya harap Pembaca Yth paham maksud saya, tentang Konsistensi dan Kesetiaan, tersebut dalam judul.

"bali.jpnn.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan beberapa arahan ke menteri Kabinet Indonesia Maju di Istana Negara, Jakarta, Senin (9/5) sebelum berangkat ke Amerika Serikat. Dalam pertemuan di Istana Negara itu, Presiden Jokowi menyampaikan sejumlah arahan, antara lain mencakup penanganan pandemi Covid-19 dan gejolak ekonomi global."

............"Politikus PDI Perjuangan (PDIP) Masinton Pasaribu menyebut ada pesan tersirat saat Presiden Jokowi menyampaikan pesan penting itu.Masinton menangkap pesan bahwa Jokowi ingin para menteri fokus bekerja di kabinet ketimbang memoles citra menuju Pilpres 2024.  Pendiri Relawan Perjuangan Demokrasi (REPDEM) itu memaknai arahan Jokowi kepada menteri tentang konsistensi terhadap tugas definitif yang sudah dimandatkan. Berikutnya, kata dia, arahan Jokowi dimaknai untuk memahami kondisi sulit masyarakat yang terdampak langsung akibat pandemi Covid-19. "Kondisi sulit ini seperti ilalang kering yang mudah terbakar. Menteri-menteri jangan memantik api ke ilalang kering," jelas Masinton. (ast/jpnn)"

Pasti Presiden inginkan pemerintahan yang sukses dan membahagiakan rakyatnya. Itu syarat utama yaitu konsistensi terhadap tugas definitip yang sudah di mandatkan. Dan jangan bermain api menghadapi situasi yang kritis.(dampak pandemi dan gejolak ekonomi global)

Pesan arahan Presiden yang menurut Masinton Pasaribu adalah pesan penting, menurut saya kepentingannya lebih bersifat keseharian. Memang penting untuk dicatat dalam Diary para menteri yang nakal sering berkelana untuk pencitraan. Bukanlah pesan kebijakan pokok yang perlu dibahas lagi, melainkan untuk di laksanakan untuk tidak "memantik api keilalang kering". Memang penting !

Masinton mengatakan "memantik api ke ilalang kering," yang bisa dialih bahasakan "bermain api". Dan kata "bermain" adalah lawan dari "kesungguhan". Sebab Prof.Dr.N. Driyarkoro SJ. dalam bukunya Filsafat Manusia halaman terakhir terselip mengatakan : Permainan itu sesungguhnya terletak pada ketidak sungguhan.

Konsisten/konsistensisi pada umumnya berarti, tetap pada sikap/perbuatan tidak ada perubahan, lebih beraspek waktu : terus menerus tetap saja. Disana bisa mengandung makna kesetiaan, bila dipandang adanya obyek(tugas dll). Disana juga bisa dikatakan mengandung makna kesungguhan bila melihat cara mengerjakan(tidak main-main).

Selanjutnya saya hanya ingin cerita. Dan nanti baru kita refleksi. Cerita memberitakan kesaksian dan pengakuan orang yang bersangkutan, sebab mereka adalah "orang-dekat"-saya. Mereka orang sukses dan bahagia dari pengakuan dan penglihatan panulis ini..

Cerita kesatu : Pak Hud.SH,MM, teman seklas di SMP-SMA, saat berreuni di tahun 1995,sebagai pimpinan perusahaan asing dibidang HRD, minta agar anak saya mau menjadi pembantunya. Kebetulan anak saya baru setahun selesai sebagai sarjana psikologi dan sudah bekerja pada suatu LSM, yang dipimpin seorang teman seklas saya pula. Terjadilah negosiasi bertiga, Pak Hud, Pak Yadi, dan anak saya. Dan sungguh terjadi anak saya pindah kerja ditempat Pak Hud. Tetapi sekitar satu tahun berikutnya saya mendengar Pak Hud tidak lagi bekerja diperusahaan, ketika saya bertanya padanya jawabnya enak saja : "Mas, di perusahaan itu sudah bagus, tenanglah tentang anakmu. Saya menjadi malas bila kerja tanpa masalah. Profesi saya tidak untuk hanya menanda tangani daftar gaji karyawan. Jadi saya setya pada profesi saya, saya pindah ke perusahaan teman yang sedang bermasalah dengan karyawannya".

Cerita kedua : Sebut saja Bang Yok S.Psi, mantan anak buah Pak Hud SH.MM tersebut diatas, mengambil teladan pembinanya setelah 2 tahun, bang Yok pun pindah kerja bergabung dengan teman sealmamater nya, perusahaan lebih kecil tetapi berpeluang untuk belajar menuntut S2nya. Sebuah kepindahan yang masuk akal pula dan realistik sekali. Dia melihat banyak pelamar kerja diperusahaan asing tempat kerja semula itu sarjana2 bahkan S2/S3  maka dia merasa perlu menambah ilmu secara formal. Dan mamang berhasil. Dan nantinya setia pada profesinya sebagai Psikolog dia berhenti menjadi karyawan dan menekuni profesinya.

Cerita ketiga :  Pak Har. Prof.Dr. Teman seklas yang sejak SMA dia sangat suka membaca. Teman-teman seklas yang sudah beberapa kali berkumpul, merasa seperti kehilangan karena dia tidak segera sempat bergabung. Dia berawal dengan bekerja sebagai TU sebuah majalah ilmiah populer, tekun pada pekerjaan dan lingkungan kerjanya daripada berkumpul-kumpul saja. Gelar kesajarnaannya diabdikan pada perguruan tingginya dan lingkungan profesionalnya. Orang sejenis ini masih ada dua teman seklas saya ini, yang mengabdikan diri di dunia pendidikan tinggi seorang di Yogyakarta seorang lagi di Australia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline