Lihat ke Halaman Asli

Peduli Perubahan - Mengkaji Kebiasaan

Diperbarui: 29 Maret 2022   18:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Ada dua cerita panjang yang harus diperpendek. Bukan Cerpen, tetapi satu realita yang disamarkan dan satu perumpamaan untuk sindiran. Semua untuk memperjelas situasi nyata yang harus disikapi yaitu pentingnya pahami Perubahan dan mengkaji Kebiasaan.

Realita yang tersamar karena budaya yang bergeser itulah perubahan zaman. Peristiwanya terkirim cerita tentang Rumah Mewah yang disulap menjadi Caf yang tersamar. Siempunya pak menteri, cafenya dirumah mewah itu, dikunjungi oleh tamu kangsen, undangan terkirim antar tamu langganan. 

Ada ruang buat merokok, ada hall untuk santai berrekreasi tukar canda layaknya sahabat yang akrab kendati sejumlah perbedaan selain baju juga gaya bahasa keseharian. Padahal dimediasosial mereka saling main sikut desak senggol dan menyudutkan dan menjatuhkan, meski tidak jatuh. 

Mereka itu siapa ?  Lengkap cerita kiriman itu menyebut nama yang Pembaca pasti bisa menghitung. Dibawah ada dua catatan tentang kiriman cerita itu: pertama (1),    "Seandainya cerita Cafe itu benar, dan bisa-bisanya mereka santai setelah membuat orang bingung, alangkah teganya mereka membuat rakyat kalang kabut" kedua (2), "Itu skandal."

Sindiran atau realita tersamar berikutnya adalah cerita tentang dua anak kandung dan seorang Bapak yang baik hati. Cerita ngetrend di kalangan umat kristiani dari karya tulis Lukas (15,11dst). Anak pertama bakti dan hormat pada Ortu, membantu bekerja dikebun dan rumah, sementara yang muda menuntut harta warisan dan pergi berfoya-foya dengan perempuan keluar rumah kekota raya. 

Tiada terduga situasi krisis ekonomi terjadi dan tidak hanya minyak goreng sulit dipasaran tetapi pangan pun tidak ada cadangan. Simpanan uang tidak ada lagi si anak kerja buruh dipeternakan babi dengan hampir tanpa gajian. Kehabisan akal tiada yang dimakan, makanan babi pun tiada sisa buat dia. 

Orang muda itu teringat akan rumah dan Bapanya yang serba ada. Maka dia berfikir untuk pulang dan bertobat minta ampun pada Ayahandanya. "Aku akan terima tidak diakui anak, tetapi budakpun aku bersyukur dan tentu bisa makan". 

Pulanglah dia. Ayahnya melihat anaknya pulang dari jauh sudah diamati dan disongsongnya didepan rumah. "Anakku yang hilang sudah pulang kembali."  Diterima dan disambut dengan pesta. Bapak yang baik hati murah lagi pengampun.

Tidak terkira putera sulung. Pulang dari kerja lihat rumah ada pesta : "Ada apa?".PRT bilang bahwa adiknya pulang. Maka marahlah dia. Merasa selalu berbahkti pada ORTU tidak pernah diberi apapun untuk bersenang-senang dengan teman-temannya. Tidak mau masuk rumah. Tidak bisa menerima dan mengampuni adiknya.

 Anak yang selalu dekat dengan ayah bundanya tidak bisa memaafkan adiknya, maunya menghakimi dia dan menghukumnya, sampai ayahandanya membujuknya. 

Memang kadang orang yang dekat dengan orang baik malahan semangat mau menghukum dan tidak mengampuni orang lain yang bersalah, meskipun itu saudaranya. Astagaah..(kok jadi cerita panjang )

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline