Lihat ke Halaman Asli

Tengok Kanan Tengok Kiri 20 Kali

Diperbarui: 12 Juli 2020   20:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Orang zaman dulu suka memberi nasehat dengan kata-kata kiasan atau tidak langsung apa isi pesan sebenarnya. Mau mengatakan "Selalu waspadalah" atau "Perhatikan sikon lingkungan dimana kau berdiri" dikatakan "Bisa-bisalah tengok kanan tengok kiri". Kata-kata itu singkat tetapi komprehensip dan bisa inspiratip.

Pesan itu tentang kewaspadaan dari sisi keamanan phisik bisa dikembangkan pada sisi keamanan sosial. Bisa-bisalah menjaga sopan santun, melihat siapa dikanan kirimu. Mungkin ada orang yang harus dihormati, jadi jangan sembarangan. Bukankah orang harus "Mulat sarira hangrasa wani" "Harus dapat melihat siapa diri sendirimu itu".

"Tengok kanan tengok kiri 20x" Ini sumbernya lain!  Sudah setahun yang lalu saya untuk kedua kalinya kena serangan pusing kepala dan muntah-muntah. Untuk itu saya harus juga dirawat inap dirumah sakit. Kata dokter, saya sakit vertigo, disebabkan keterlambatan darah masuk ke otak. Bisa jadi oleh kerja otak, bisa jadi kerja mata terlalu berat, bisa jadi saluran darah yang terganggu. 

Dan perut itu adalah otak kedua, kata dokter itu, maka gangguan kerja otak bisa muntah bisa diare.  Maka pesan dokter menjelang pulang agar sepulang saya dirumah, setiap bangun tidur berolah raga ringan diantaranya Senam Leher : "Tengok kanan - tengok kiri 20x". Hal itu untuk kelancaran darah kedaerah otak yang jauh berpengaruh keseluruh tubuh.

Pesan dokter itu  bisa dikembangkan untuk senam mata, perut, dan otak itu sendiri. Itu bisa dirangkum dengan pengelolaan atau managemen penggunaan mata perut dan otak. Tidak sulit dibayangkan bila digeser diperluas sedikit dengan menggunakan istilah  managemen pikiran, perasaan, indera dan kegiatan (olah) raga.

Managemen adalah penataan tindakan; agar jelas pinjam istilah Covid 19, saya mau menyebut : Protokol kesehatan untuk pikiran, perasaan, indera, dan kegiatan raga. Tidak hanya menjaga jarak, tetapi "tengok kanan tengok kiri", jaga keseimbangan sehingga keseluruhannya ada harmoni, keselarasan sesuai kebutuhan, jauh dari yang berlebihan.

Apa dan bagaimana yang berlebihan itu setiap orang berbeda maka setiap orang harus menemukan untuk dirinya sendiri. Sangat banyak perbedaan berdasarkan umur, pekerjaan, dan kepribadian orang perorang.

1. Ada beberapa hal yang mungkin bisa dikemukakan sekedar menjadi contoh soal seperti:

2. Ada kala orang tak bisa melepaskan diri dari suatu pemikiran, kecemasan, dsb.

3. Ada kala orang karena tugas terlalu lama berhadapan dengan layar komputer

4. Ada kala orang tidak bisa tahan "dirumahkan", atau harus diam menunggu giliran, atau dirumah sakit menjalani rawat inap merasa sudah sehat namun harus menunggu keputusan dokter.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline