Suatu ketika saya dan seorang teman diundang oleh seorangtokoh lanjut usia dan diminta agar adakan pertemuan untuk mengenang menghormatiserta menghayati nilai kepeloporan para pendahulu dan perintis berdirinyaorganisasi kami.
Karena kami berdua merasa kurang percaya diri dalam menghadapihimbauan itu, mengajak tiga orang yang lain untuk berdiskusi dan mengambilkesamaan persepsi terhadap ajakan berkumpul dan menghayati nilai kebersamaankami dalam kesatuan organisasi itu.
Sebab kami semua rata rata sudah merupakangenerasi penerus eselon 3 dan 4, sementara tokoh usia lanjut yang mengajak kamiberdua saat itupun masih generasi kedua.
Bahan diskusi kami berlimatersebut diatas meliputi pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut :
1. Status dan data generasi perintis dangenerasi penerus serta jenjangnya.
2. Visi dan missi organisasi serta motivasikeperintisan
3. Nilai kepeloporan para perintis, yang bisadi "waris"-kan
Pertanyaan itu secara garis besar telah kami peroleh jawaban, tetapi masih perlu direcek dengan sesepuhtokoh senior. Tetapi setelah itu terjadilah tukar pikiran tentang tata nilaidan pewarisan nilai antar generasi pada umumnya.
Sebab kami masihbertenya-tanya, berlanjut merenung mereka-yasa kata dan makna, Visi Misi sertamotivasi macam apa sehingga kepeloporan perintis dari tahun 1912, atausebelumnya dan pendahulu kami dari tahun 1934 atau sebelumnya hingga sekarangorganisasi yang didirikan itu masih jaya.
Sudah sering kita dengar ungkapan kata-kata semacam : "Pewarisan Nilai Adiluhung", "tidakadanya kurikulum sekolah dewasa ini yang memberi arahan budipekerti". "adattimur yang menjunjung nilai kesopanan, keramah tamahan, keseimbangan, harmoni","wani ngalah luhur wekasane", dan banyak lagi tawaran kebijakan Jawa khususnyaseperti berperibahasa juga: Golek banyuapikulan warih, golek geni adedamar, orang mau pinter seperti mencariair, harus susah payah membawa alat pikul air, dan mau cari api harus tidaksegan berbekal lampu kecil (senter). Segala upaya dipergunakan untuk belajardan terus belajar, dengan bakat dan kemampuan yang ada.
Tetapi ungkapan orang baratpun bisa kita tengok lebih proaktip positip seperti ini : "Ones lifehas value only so long as one attributes value to the lives of others by meansof love, frienship, indignation, compassion.", demikian Simone De Beauvoir, seorang penulis, filosof,feminis dari Prancis yang hidup th 1908 - 1986 "Hidup seseorang sungguhbernilai apabila bisa membagikan nilai kepada kehidupan orang lain seperticinta kasih, persahabatan, pembelaan terhadap korban ketidak adilan, pembelaanterhadap penyandang derita. (periksa disini).
Dan seorang Saul atau Paulos seorang pengkhobahkehidupan diabad pertama, menulis untuk pengikutnya di Yunani bahwa Cinta kasihadalah yang terutama, melebihi kemampuan berbahasa bahkan bahasa malaekat, atausegala ilmu pengetahuan, tanpa cinta kasih, itu hanya bagai tong kosongberbunyi nyaring atau sia sia saja.
Sementara itu ada yang menyatakanbahwa budaya lebih maju berkecenderungan pada perilaku yang relative lebih :
a. Tepatwaktu
b. Kerjakeras
c. Tanggungjawab
d. Disiplinaturan dan hukum
e. Jujur
f. Bekerjakeras untuk menabung dan Investasi
g. Cintapada pekerjaannya
h. Hormati hak orang lain
i. Sopan santun, nilai kepatutan.
Sementara ada juga kebiasaan buruk yang seringdialamatkan bagi mereka itu mabuk kebebasan, seperti :
a. Freeseks dkk
b. Mabuk-mabukan
c. Narkoba
d. Pestapora
e. Lepaskontrol diri dalam kemarahan, kebencian, iri atau kecemburuan sosial.
Iman Budi Santosa, di Kitab Nasehat Hidup Orang Jawa, Kearifan dan Kebajikan.Penerbit DIPTA, Yogyakarta,2013.meracik sebuah Pedoman hidup yang diambil dari sedemikian aneka bidang kehidupan keseharian. Iman Budi Santosa menyusun systematika berdasarkan kategori topik sampai 13 butir. Yang saya sempitkan menjadi :
1. Etikapergaulan, hubungan sosial kekeluargaan.
2. Hukum,Keadilan,Ilmu,
3. Membangunkepribadian, Religiositas dalam budaya
4. UpayaEkonomi dan perjuangan hidup
5. Perilakuyang negatip, yang pantas dihindari.
Sementara itu jadi kesepahaman kami para aktivis SPTN.HPS.Yogyakarta, motivator pembaruan sikap petani pedesaan tentang nilai-nilai kepeloporan seorang pemimpin harus memenu hisifat-sifat sebagai berikut (ideal):
1. Dipercayajadi harapan yang dipimpin
2. Punyavisi misi, visioner
3. Kematangankepribadian, integritas, kompetensi
4. Motivator,pekerja
5. Akomodatip,careness
6. Innovatipkreatip cerdas memecahkan masalah
7. Keluasandan kedalaman wawasan.
Butir-butir ini mengacupada wawasan tentang Kepemimpinan saat itu (1996) yang menekankan pada Pengaruhseorang Pemimpin dari segi fisik, intelektual, emosional, hubungan social,kepribadian dan moralnya.
Demikian renung merenung dan diskusi yang belum selesai tentang nilai seperti apa bagi kepemimpinan terpapar diatas, yang bisa diterima generasi penerusnya.
Ini saya share untuk pembaca Kompasiana atau siapa saja yang berkenan, dan mungkin membantu kami dengan tanggapan merespon pertanyaan yang kami awali dari tantangan seorang tokoh sepuh untuk generasi penerus. Sebab dalam organisasikami tidak ada cara-cara pendekatan seperti di KPK, ada eksponen, pers (Tempo),dan semacam ICW.
Sementara demikian itu pula barangkali NKRI juga membutuhkan inspirasimental para Perintis untuk melanjutkan kepemimpinan penerus yang tulus berjiwabesar kedepan.
Wassalam dan hormat saya :
Ganjuran, 09,19,2019. Emmanuel Astokodatu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H