Berbicara tentang kehidupan manusia, merenung atau berteori hal hidup manusia, bagaimanapun harus mulai dari diri kita sendiri. Dan kehidupan itu adalah gerak maju proaktip, tidak hanya merespon saja. Maka yang perlu kita kerjakan adalah refleksi dan renungkan kondisi, kemampuan dan kemungkinan dari mana gerak itu harus diawali. Saya mulai saja dengan Perasaan, Kepekaannya dan energi kedepannya, secara keseluruhan Emosinya.
Teringat masa remaja dulu pernah terjadi peristiwa pertengkaran berdarah antar teman. Kami tinggal diasrama sekolah yang siswa dari pelbagai daerah dengan logat bahasa perangai dan perasaan yang berbeda. Sekali waktu melalui sindir menyindir akhirnya beradu mulut dan perkelahian antara Kesto dari Yogya dan Santo dari Magelang tak dapat dicegah lagi. Kesto bertubuh kecil Santo berbadan tegap besar. Kesto akhirnya merangsak kedepan dan menusukan pisau kecil yang biasa untuk meruncingkan potlot, ditangkis dengan lengan sasarannya. Pisau menancap dilengan dan tak dapat ditarik lepas menancap dilengan Santo. Perkelaian di klas ringan ini selesai.
Peristiwa itu berdampak panjang. Keduanya, Kesto dan Santo keluar dari sekolah dan asrama kami. Dan teman-teman seklas menjadi bertanya tentang "mengapa" dan mendiskusikan peristiwa itu dan sebabnya. Ternyata kami menyimpulkan bahwa mereka saling mengejek tentang pamakaian bahasa dan kepekaan perasaaan orang yang terungkap dalam sopan santun dan perilakunya. Dan itu disangkutkan dengan bahasa dan sopan santun kedaerahan. Orang Magelang dan orang Yogya di adu diperbandingkan. Harga diri asli daerah tersinggung.
Kami teman seklas rupanya tanpa kata tetapi sepakat menjadi merasa perlu meningkatkan kesehatian dan melupakan segala perbedaan dari daerah masing-masing. Dan dari diskusi kami yang teringat seorang teman menarik kesimpulan saat itu bahwa perasaan yang halus dan lembut itu mungkin kurang kepekaan, sementara ada perasaan yang kasar kurang lembut, tetapi memiliki kepekaan yang tajam.
Tidak selalu sejalan antara kelembutan dan kepekaan. Bahkan yang baper dan sumbu pendek itu kepekaanya tidak lembut. Cepat melihat kekurangan teman.
Selama ini banyak saya mengamati ada gaya berargumentasi ala Facebook, WhatsApp, Messenger, Twiter dan SMS. Memang masing masing mempunyai model dan pola masing masing. Tetapi ada sedikit jelas tebalnya aroma perasaan. Dari segi thema dan bobot pernyataan cenderung emosional, atau curhat, cetusan baper kecewa atau sinisme, kadang sarkasme terhadap nasib diri, atau sindiran politis.
Sisi kedua gaya argumentasi nya adalah benar benar gaya SMS, short message - Pesan Pendek. Pesan demikian berbahaya bagi warga maya yang bersumbu pendek. Tetapi mereka yang bergabung dalam satu grup baik dalam WA atau Messenger, memang dipengaruhi oleh visi misi grup. Namun juga sebaik baik semulia mulia Visi dalam berargumentasai pendek memberi dampak banyak kesalah pahaman atau gagal paham menerima dan merespon pesan. Sebab Perasaan orang banyak bicara disini.
Perasaan yang intens yang ditujukan kepada seseorang atau sesuatu disebut emosi. Emosi muncul ketika marasa senang, marah, atau takut. Emosi bisa datang dan pergi karena situasi kondisi lingkungan yang berubah pula. Sebab itu bisa berada lama bisa sebentar, seperti ledakan.
Emosi sering dikaitkan dengan kadar peran pemikiran. Sering dikatakan orang emosional kurang menggunakan cara2 yang rational. Padahal emosi sering juga memberi masukan bagus dalam pemikiran untuk mengambil pilihan dan keputusan. Pemikiran bisa berhutang budi pada perasaan.
Dan penting keseimbangan perasaan. Keseimbangan itu dibangun dengan menyadari diri dulu.Sepenuhnya sadar, disetiap waktu, disetiap tempat, siapa aku, sedang apa aku.Dengan siapa aku. Kesadaran itu modal bagi langkah mengendalikan perasaan.
Pengendalian itu sungguh pegang kendali, sadar setiap saat sedang seperti apa rasa perasaan ini. Kearah mana, positip. Harus positip damai setuju dengan situasi dan kondisi nyata ini. Pahami situasi sekitar Pengendalian diri itu membuahkan sikap tenang dan pengertian terhadap perbedaan orang maupun sudut pandang/pendapat mereka. Dengan demikian juga berfikiran positip dan tidak reaksioner.