Lihat ke Halaman Asli

Belajar Kehidupan dari Kompasiana dan Facebook (Media)

Diperbarui: 30 Maret 2016   07:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Mungkin judul ini terlalu luas, padahal saya hanya mau sharing sehabis baca Facebook dan baca Kompasiana, dalam topic yang sama. Yaitu tentang si Selebriti Marshanda.

1.    Fesbuker @Ifani Ifani di Facebook tg 26 Maret 2016, dengan 30 komentator. Dia menulis :

“Banyak yang memuji Marshanda karena mengakui bahwa memang Bapaknya yang terjaring razia pengemis di Jakarta Selatan kemaren, katanya tak malu, dst, Tuhan punya rencana, all nice words darinya” .  Tetapi juga ada yang disayangkan yaitu :  pada kunjungannya kepada bapaknya, yang hanya 39- menit, memberi uang seratus ribu, tidak segera membawa pulang sang bapak, masih menunggu rapat keluarga. Dan Ifani Ifani berdoa :

“Ya Tuhan lindungi kami para orang tua, agar bila anak-anak kami sudah besar nanti nomor telepon kami tidak hilang dari hp nya dan tetap mengunjungi kami apapun keadaan kami. Paling tidak kalau ada apa2 dengan kami bisalah berteduh sehari dua dirumahnya dan bukan di penampungan... Jadikanlah kami orang tua yg baik hingga pantas menerima bakti, hormat dan cinta dari anak2 kami, amin.....”  Dari doa ini tersirat perilaku Marshanda itu salah atau tidak pantasnya sebagai anak,  patut disayangkan.

Bagaimanapun Fokusnya pada 1. Artis Marshanda, 2. Ayahnya sebagai  Pengemis, 3. Hubungan Ortu dan Anak. 4. Pandangan umum tercermin pada kata-kata penanggap (komentator) mengamini doanya..

2.    Kompasianer, Penulis dengan nama @Hulk menulis di Kompasiana tentang : SBY, Marshanda, dan Ahok. Dibaca hingga saat itu : 1,326, yang berkomentar : 18 orang,  Pemberi Nilai : 19  Selengkapnya cek di sini  Sebenarnya lagi lagi dibahas dan “diragukan kesehatan kewarasan pandangan umum” yang gegabah menilai.  

3.    Kompasianer, Penulis dengan akun @Cuker membahas tentang “kemalasan pengemis”. Pada dasarnya pengemis itu seorang pemalas, karena menyandarkan hidupnya dari meminta. Maka dipertanyakan apakah ayah Marshanda itu pengemis yang pemalas, sambil menengok lingkungan anaknya yang selebritis itu? Tulisan yang sampai ini ditulis ada 801 orang sudah membaca, banyak menunai komentar juga. Disini memberi santapan rohani pula lewat komentar bagus dari Kompasianer Hery FK :

a.    Malas untuk kasus ini besar korelasinya, mengapa si Babe jadi pengemis.

b.    Tekanan jiwa sangat mungkin membuat Babe tak ada pilihan lain selain mengemis untuk bertahan hidup.

c.    Itu semua baik bagi kita untuk bercermin : dalam keluarga, kekayaan belum tentu jadi jaminan kesejahteraan. Faktor X dan pelbagai hal non teknis perlu menjadi pertimbangan.

d.     Dalam hal ini Marshanda memang gampang menjadi kambing hitam, kalau mengabaikan pertimbangan © tsb diatas. Selengkapnya di sini

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline