Lihat ke Halaman Asli

Apa Sih Pentingnya HUT ?

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

HUT singkatan dari Hari Ulang Tahun. Dan disini mau bicara Ulang Tahun Kelahiran. Bukan yang lain seperti kematian, perkawinan, wisuda dll. Di FB ada fitur peringatan siapa hari kemarin, sekarang, dan minggu ini akan berulang tahun kelahiran. Dalam bahasa Inggris satu kata tegas jelas dengan istilah : “Birthday”. Sering dimunculkan di Fb anjuran untuk memberi saran acara HUT itu bagi teman lain. Dan kemarin saya kebetulan kena itu gejala HUT itu untuk tahun ke 74. Ceritanya begitu bangun pagi spontan terkenang dan teringat nama-nama saudara kakak adik kandung, sahabat teman seklas,teman-teman sejawat dulu, terhitung sekurang-kurangnya 21 orang yang sudah meninggal lebih dahulu dari saya. Kemudian baru aku mandi dan pergi ke gereja pagi. Sehari kemarin setelah posting satu artikel di Kompasiana, saya perlu waktu tidak sebentar untuk menjawab ucapan selamat Ulang tahun di Fb. Malamnya ada makan malam bersama di warteg sebelah rumah……. Apa sih pentingnya HUT.itu ?

Dalam tradisi keluarga Jawa birthday tidak setahun sekali tetapi 35 hari sekali. Pada hari kelahiran seorang anak misalnya Sabtu Paing, nenek ibu atau ayah berdoa khusus, bahkan berpuasa untuk kesejahteraan anak tersebut. Sejak masih bayi hingga sekitar berumur 10 tahun pada hari lahir (neton atau weton : Minggu Legi misalnya) biar kecil ukurannya anak itu dibuatkan “among-among” yaitu Tumpeng nasi kuning dengan lauk sederhana sebagai simbolisasi doa untuk kesejahteraan anak tersebut. Setelah anak menjadi besar kebiasaan itu sering dilupakan dan diselenggarakan pada saat ada kepentingan tertentu, seperti anak itu mau ujian, sedang sakit dihari neton itu barulah dibuatkan “among-among”. Dilingkungan kraton Wiyosan Dalem (Hari Lahir Beliau) saya teringat Sri Sultan HB IX, masih saya ingat hari Wiyosan Dalemnya hari Setu Pahing. Saat itu lalu RRI Yogyakarta menyiarkan acara khusus.

Dewasa ini adat seperti tersebut diatas semakin ditinggalkan dengan semakin adanya desakralisasi dan sekularisasi kehidupan. Semakin hilang segala tatacara yang tidak praktis, tidak tampak adanya kemanfaatan dan kegunaan yang terukur, maka yang diambil kemudian kebiasaan pestapora gaya barat dengan Happy Birthday dengan kue tart atau miniman panas…..

Akan tetapi dalam keluarga sandiri masih saya alami ketika adat itu masih berjalan sampai tahun 1954, saya kemudian masuk sebuah asrama dengan gaya baru. Disana kami masih memperingati Bisthday dengan :”peringatan doa” tetapi setahun sekali pada hari kelahiran menurut kalender nasional. Diantara teman asrama ada saling mendoakan dan mengucapkan selamat berulang tahun. Maka setelah ada anak-anak saya dalam keluarga saya sendiri saya bentuk kebiasaan memperingati hari kelahiran dengan motivasi :

1.Momentum syukur atas anugerah kehidupan

2.Momentum edukasi menghargai kehidupan sendiri, kesadaran kedewasaan kepribadian dan demikian pula kedewasaan bersosialisasi.

3.Momentum membangun persaudaraan, saling teringat HUT siapa kapan dsb

Dalam praksis banyak sekali perilaku baik bisa dilatih, dilatihkan, dibina, seperti pengaturan saat kapan anak menerima tahapan dalam penggunaan fasilitas; kapan anak perlu dilatih peduli pada kebutuhan saudara yang lain. Apalagi menghadapi anak manja yang maunya segera yang diminta ada. Saya jawab saja : Nanti saya beri diulang tahunmu. Sekarang adikmu perlu seragam baru…….. dll.

Semangat sekularisasi kehidupan kepada anak dikonter dengan ajakan di hari ulang tahunnya agar kegereja secara sukarela dan khusus untuk bersyukur atas anugerah Tuhan dalam kehidupan. Semangat instant dan serakah dikanalisasi kearah kesabaran menunggu giliran diantara saudara-saudaranya yang sedang ulang tahun. Semangat social berteman bisa disalurkan melalui pesta ulang tahun sepanjang dimungkinkan oleh kadaan social ekonomi kita.

Rasa bersyukur atau istilah sederhana “Syukuran” tentu bisa saja dengan acara pengajian, Ibadat Sabda, Ekaristi, tetapi siapa bisa melarangperngatan HUT dengan piknik ke luarnegeri, atau sekedar ke pantai terdekat, bahkan keluarga saya kemarin saya ajak sekedar makan “diluar”, di warteg terdekat……

Demikian serba sedikit bisa saya berbagi tentang HUT, sejauh mana HUT bisa dimanfaatkan dan salursalurkan hasrat social maupun pembentukan mental anak sesuai dengan zamannya tanpa kehilanga orientasi diri. Sedang yang tentang pribadi saya sendri, sudahlah itu saja………

Ganjuran 19 April 2015

Salamku Hormatku Astokodatu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline