Lihat ke Halaman Asli

Mikul Duwur - Mendhem Jero

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kurangkai memori demi memori

saat ayah masih bersamaku

bercerita

panjang

tentang ayahnya.

***

Dia seorangabdi kraton

Dia seorang pelayan

Dia seoranglurah abdi dalem

“keparak tengen”.

didalam kraton keseharian menjaga

pusaka-pusaka handalan kerajaan.

---

Dia seorang abdi hokum

dengan gelar raden Singokawoco.

Pada kesempatan tertentu

mengeksekusinarapidana

hukum gantung hingga hukum picis

yang bagi kita kiini sudah asing.

---

Dia juga seorang petani

diberitanah garapan bebas upeti

tanah perdikan paring dalem

dengan gelar “kyai wedung”.

---

Itulah ayah dari ayah

sangat dijunjung dihormati

Semenjak masih hidup bersama

hingga ayahnya ayah

Embah Singokawoco

dimakamkandi makam suci Jurutanen.

---

Penghormatan kepada orang tua

Sampai Dia harus dipikul kepemakaman

Tinggi-tinggi kita pikul.

Sampai Dia kita tanam dipersemayaman

Dalam-dalam kita pendam.

Demikianlah akhir kata ayah :

“Mikul duwur, mendhem jero.”

Sukarno bilang : Hanya bangsa yang besar yang bisa

Menghormati Pahlawannya.

***

(Ayah bercerita tantang ayahnya

Cerita yang kurangkai dari khasanah

Memori demi memori

Dan endapan sanubari.)

(Ganjuran, Desember 2013.- Astokodatu)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline