Lihat ke Halaman Asli

BEDAH DIRI / KELOMPOK : TOTAL DAN HOLISTIK… OBAT STRESS DAN HILANGNYA ORIENTASI.

Diperbarui: 24 Juni 2015   19:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(Tulisan yang sama sekali kurang menarik tetapi kiranya besar manfaatnya).

Sudah menjadi kebiasaan salah satu komunitas kami setiap menjelang hari besar/raya atau menjelang tutup tahun diadakan diskusi ringan atau lebih bersifat sharing pengalaman untuk evaluasi diri dan kehidupan organisasi.

Kemarin malam ketika komunitas itu mengadakan pertemuan rutin, berbicaralah pimpinan sidang membuka dengan doa, dan di kemukakan thema yang akan diangkat malam itu. Pokok thema pembicaraan dilontar dengan pertanyaan: Bagaimana Bapak Ibu menghayati iman dalam hidup sehari-hari ? Bagaimana pengalaman anda ?

Tetapi acara seperti ini tidak demikian saja mudah berjalan. Membuka diri didepan orang lain tidak semua orang segera menemukan jalan dan bentuk yang mau disampaikan. Hambatan dan kesulitan membuka diri itu antara lain :

a. Kesulitan teknis, ketidak biasanya bicara dimuka umum,

b. Kesulitan merumuskan pengalaman, mau mulai dari mana. (Tidak sepertiKompasianers yang trampil menyusun kata dan curhat)

c.Kesombongan, mengambil jarak, karena malu atas kekurangan/ kegagalannya., takut dikritik, kuatir dipermalukan.

Seperti pada acara yang kami selenggarakan ini, diperlukan ada seorang pembicara yang mendahului, memancing sebelum semua berjalan lancar. Penulis memberi pancingan dengan menceritakan Komunitas Penulis di Kompasiana, terjadinya “Sharing & Conecting” di Kompasiana. Adanya komunikasi penulis dengan komentar-komentar dan tanggapannya. Ada sementara pihak suka ribut debat agama, penyampaian kritik pedas, penghinaan terhadap rekan penulis yang tidak sepaham. Dan penulis bersaksi, tanpa mengungkiri jati diri, dengan iman dan agamanya, disana menampilkan diri dengan kepemihakan kepada kedamaian, kebenaran dan cinta kasih menyampaikan nilai-nilai universal yang diterima oleh semua agama dan aliran dalam komunitas untuk pembelajaran bersama ……

Ternyata pancingan sharing mengena. Seorang teman Pak Dwipur membuat curhat : “ Sekali peristiwa saya harus menjadi MC pada upacara pemberangkatan jenazah, dilingkungan saudara-saudara Moslem. Jadi saya memberi salam dan membuka dengan doa syukur pada acara tersebut seperti pada umumnya dimasyarakat umum bila pembicara itu Moslem. Nah apakah saya salah dengan demikian, sementara itu bukan kebiasaan dan doa cara kita ? Dan saya merasa bertanggung jawab demi suasana yang kondusif dan lancar. Saya tidak mengingkari iman saya.”

Share berikut dari Bapak Herman mengkisahkan bagaimana dia dan keluarga menghadapi percobaan :isterinya sampai 5 kali melamar pekerjaan guru pns tidak diterima padahal nilai IP nya 3, sementara beberapa teman lain lain dengan IP-2 diterima. Dari pembicaraan dengan pejabat dalam proses penerimaan pegawai itu didapat penjelasan karena dinamanya ada nama depan tertentu. “Kami tetap berpasrah diri dan berpegang pada iman kami serta berdoa mohon pertolonganNya, tidak akan “menghapus” nama depan yang sudah ada.”

Berbagi pengalaman penghayatan iman lagi dari seorang ibu Yanti. Dia seorang pedagang emas dipasar. Sekali peristiwa seorang pembeli tanpa sadar meninggalkan selembar uang ratusan ribu tercecer ditempat. Ibu Yanti awalnya tidak mengenal identitas pembeli mana yang uangnnya tercecer.. Menemukan uang tidak sedikit, hatipun tergiur dan terlintas arti dari seratus ribu itu buat anak-anaknya. Tetapi katanya :

“Saya tiba-tiba sadar akan iman saya kepada Tuhan yang telah selalu memberi semuanya bagiku. Dan ini bukan milikku.”Dan dia berusana mengingat ingat dan merekontruksi adegan demi adegan jual belinya. Dan ketika berhasil dan mengembalikan uang itu, dia dikejutkan dengan pengalaman batin berikutnya, katanya :

“Saya mendapat ucapan terima kasih yang mengharukan dari pembeli itu. Saya melihat bahwa ada buah dari iman saya yaitu kebahagiaan bukan dari saya sendiri saja tetapi kegembiraan orang lain. Itu tak akan saya alami apabila saya tanpa iman menikmati seratus ribu yang saya temukan.”

Peminpin Pertemuan memberi kesimpulan sebagai berikut :


  1. Pengalaman menunjukkan bahwa Penghayatan Iman dan aktualisasinya itu tidak harus terbatas pada cara-cara konvensional saja, tetapi bagaimana iman memimpin hidup kita untuk berbuat kebaikan yang nyata situasional disemua bidang.
  2. Bagi yang terbiasa membuat refleksi dengan metoda apapun akan dapat lebih mudah menilai perbuatannya tidak terbatas pada bentuk cara dan sasaran perbuatannya itu (boleh tidak boleh, sah tidah sah, halal haram dsb) tetapi segera menyadari dan mensikapi dampak dan buah perbuatannya itu.

Refleksi saya :

1.Benarkah pemikiran sayaterhadap Mas Andi mantan Mentari dan Bang Aceng yang Bupati, yang menjadi bahan bahasan dewasa ini ? Bahwa posisi kini mereka adalah akibat/buah kurang dalamnya iman dan pengamatan diri, kehilangan orientasi dan khilaf lupa refleksi. Mereka secara kompetensi pendidikan dsb sudah layak dipercaya, tetapi bagaimana seperti tak ada arah pasti dan mantab, atau bisa “khilaf” ……sejauh itu.?

2.Kebiasaan refleksi itu perlu dijadikan Lifestyle atau way of life, sejak muda melalui pelatihan dan saat dewasa menata jadwal harian.

3.Sekali waktu perlu membuat Refleksi bersama kolektif dalam komunitas tertentu anda yang tersempit saja, dengan methoda curhat atau sharing pengalaman bedah diri melihat kehidupan disegala bidang menyeluruh. (total dan holistic)

Semoga benar dapat dimanfaatkan dan berdayaguna untuk mengelola hidup lahir batin, tanpa stress dan mantab seutuhnya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline