Lihat ke Halaman Asli

Cangkir Kopi dan Doa Demi Gempa DIY 27/05/2006

Diperbarui: 25 Juni 2015   04:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Malam ini sengaja kusedu kembali secangkir kopi. Cangkir Kopi penuh kenangan. Ternyata nyawa dan tubuh manusia tidak jauh berbeda lemah dan semudah pecah bagai cangkir kopi yang dinikmati malam ini. Sementara harumnya kopi kini kuserap seperti kenangan akan kesan, pesan, hikmah dan pembelajaran dari peristiwa dan dampak peristiwa besar tu.

(Gempa DIY Mei,27,2006, 5,9 SR. Meninggal 5800 orang, ratusan ibu orang cedera, ribuan rumah roboh, hanya dalam dua sampai enam menit dialami disadari dan berhari-hari berbulan bulan dirasakan sakitnya.---Pagi itu saya sedang membuat kopi pagi untuk isteri dan anakku si bungsu yang masih tinggal bersama kami. Guncangan itu menghemas semua barang didepanku seperti magicjar, piring gelas dan semuanya. Mau lari keluar rumah, bumi goyah dan guncang, maka sayapun limbung. Kuat saja melangkah tiga jangkah, lalu tersandar di tembok yang juga bagai diayun.

Setelah gempa pertama hari itu jam 06.10 disusul jam 08.16, dan 10.15 masih berulang kali susulan gempa susul menyusul selama 2 bulan.)

Malam ini mulai sore tadi diselenggarakan doa bersama oleh banyak pihak, kelompok, maupun unit warga instansi daerah di Daerah Istimewa Yogyakarta. Di gereja, di pendapa-pendapa penting. Tuhan disadari, diakui, bahwa Dia menunjukkan kuasaNya, maka umatnya berseru. Hingga berbulan bulan hingga saat ini dirasakan sebagai perstiwa yang sangat mengesan mendalam khususnya bagi yang mengalami dan yang mendengar.

( Pada kesempatan gemparnya gempa bumi itu relatip tempat kami mendapat perhatian sangat awal. Maka tempat itu dipakai oleh banyak pihak sebagai pos bantuan korban gempa itu. KWI atau Gereja Katholik, disusul PAN, PKS dari parpol, Irak, Arab Saudi menyusul, Jerman , Perancis, Belanda, dll.)

Malam ini harumnya kopi menegaskan saja dalam hati sanubariku bahwa empati, simpati, kepedulian social, solidaritas, menjadi nilai yang mencuat. Dan dari saat itu hingga sekarang kami warga Rukun Tetangga kami sekitar seratus KK, dua RT,menjadi sangat akrab, bagai sekeluarga.

(Saya membatasi diri untuk memberi perhatian focus pada 2-3 RT terdekat. Kerja sama gotong royong kami bangun, bantuan kami salurkan proporsional. RT 04 dan 06 kami jadikan sekitar 8 kelompok keluarga

Bantuan yang kami terima : Pada hari-hari pertama berupa in natura makanan, tenda dan alat rumah tangga harian. Dari keluarga sendiri selain yang in natura ada Rp.2 juta. Dari Teman dari Malang kami terima bantuan Rp.7,5 juta. Dari teman yang lain sekitar 8 unit rumah darurat dari bambu dan kayu. Bantuan tenaga dari teman2 Temanggung, Magelang, Boyolali, untuk membersihkan puing-puing sekitar 60 orang kali sekitar 12 hari kerja. Uang yang kami terima kami kembangkan untuk membeli semen yang harus dibeli separo harga untuk dapat diperluas, untuk memberi incentip tenaga pokok dan “ahli” dalam hal bangunan. )

Maka Malam ini, dengarkan doa kami ya Tuhan.

Puji syukur kami atas PenyelenggaraanMu bagi kami.

Puji syukur atas hikmah pembelajaranMu kepada kami untuk hidup sesuai petunjuk dan perintahMu.

Setelah beberapa saat malapetaka terjadi Kau panggil umatMu untuk menolong kami melalui perhatian dan uluran tangan mereka. Bersama mereka tumbuh semangat kami untuk bangkit menolong diri sendiri dengan bantuan mereka.

Malam ini kami berdoa untuk mereka yang telah Kau utus membantu kami. Tolonglah mereka menemukan kebahagiaan mereka dariMu sendiri, ya Tuhan..

Malam ini bersama semua saudara yang mengenang sanak saudara kami semua yang telah Kau panggil saat-saat bencana itu menimpa kami. Berikanlah kedamaian kekal kepada mereka, dan biarkan kami melanjutkan harapan-harapan mereka ketika masih hidup, sebab merekalah sebenarnya milikMu sendiri yang pernah kaukirim kepada kami.

(Untuk mencoba menata hati dari keterkejutan, saat itu saya mengajak isteri dan anak pergi ke gereja yang dekat dengan rumah. Ternyata bukan kedamaian yang kami peroleh, tetapi justru harus menjadi saksi datangnya orang luka dan luka yang ringan dan parah setengah mati ke rumah sakit depan rumah. Pergi ke gereja, ternyata justru kamilah yang pertama harus mengangkat korban meninggal 4 orang di gereja itu. Menara lonceng gereja runtuh…Sesampai dirumah kami menerima hitungan 11 orang disemayamkan di Masjit dekat rumah kami, 22 di dusun terdekat, 60 orang didusun seberang dusun kami, dan ……belakangan dengar 5800 korban diwilayah kami)

Ya Tuhan Utuslah Roh KekuatanMu ke seluruh alam semesta ini, dan semua akan menjadi baru diseluruh bumi, atas PerkenanMu.

(Dalam tanda kurung diambil dari tulisan saya tahun lalu : Gemparnya Gempa  DIY, 27Mei2006)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline