Lihat ke Halaman Asli

Melongok Peristiwa Menjenguk Event

Diperbarui: 25 Juni 2015   06:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Marilah kita arif “Memaknai Arti Setiap Peristiwa”.

Event-event keagamaan biasanya menarik. Tetapi mungkin juga menjadi trend di negeri ini, justru peristiwa yang mengkait sila pertama Pancasila menjadi menakutkan untuk mereka yang alergi perbedaan. Di Kompasiana ini pun pernah ulasan tentang agama dan peristiwanya menjadi peluang ketidak nyamanan. Ya, mengapa?

Padahal pernah saya baca bahwa pada hakekatnya semua al kitab agama siapa saja pada hakekatnya adalah sejarah, berita Tuhanmenyentuh umatNya, menyapa dan bahkan memasuki sejarah manusia dengan Kuasa Perintah dan KasihNya. Adakah itu yang membuat manusia tidak nyaman menerimanya.?

Mungkin itu pertanyaan yang mengada ada. Gaya berita dan cerita yang “sepotong sepotong” tentu tidak hidup, justru membawa pada opini–opini tanpa dasar. Maka perlu cek dan ricek labih jauh diluar satu media saja. Sebab berbicara soal peristiwa yang positip, menggembirakan, tentu juga disana kadang ada kasus-kasus yang menghambat.

Memang untungnya Sang Maha Bijak selalu membuat peristiwa berpasangan: ada yang membangun ada yang merusak, ada yang memecah ada yang memulihkan, ada yang memisahkan ada yang mengumpulkan. Marilah dipahami dan disyukuri. Terpujilah NamaNya.

Sudah hampir menjadi kebiasaan bahwa kawasan gereja katholik Ganjuran, Bantul. Yogyakarta, yang sejuk, rindang, dialam terbuka, hingga disiang atau malam hari dikunjungi pendoa dari agama apa saja untuk bersamadhi. Bahkan secara berrombongan pernah rombongan pemeluk agama Hidhu Bali dengan pendhetanya berdoa disana. Tidak terbilang kelompok kristiani dari luar kawasan gereja setempat membuat acara disana.

Bulan Maret –April ini ada tamu disana atas inisiatip IAIN Sunan Kalijogo ada pameran tentang kehidupan agama minoritas di Jerman. Dan setelah seminar tentang perikehidupan dan kerukunan umat beragama itu ada rencana di Jerman nanti ada pameran photo tentang kehidupan minoritas agama di Indonesia. Maka datang photographer lumayan banyak ke Ganjuran.

Tidak lama setelah itu diselenggarakan pula seminar yang disponsori UKDW Salatiga antara Kristen dan Islam bersama umat yang sama dari negeri Belanda. Dan mereka studi banding tentang kehidupan umat katholik di Ganjuran dalam peribadatannya yang dikemas dengan budaya yang kental Jawa.

Hari ini di Yogyakarta akan ditutup pertemuan besar tahunan dari Eucumenical Association of Third World Theologians, Perkumpulan eucumenis dari para theology Dunia Ketiga,yang berpusatBrasilia. Mereka mengadakan pertemuan sejak 23-26 April ini dengan antara lain berkunjung ke Pondok Pesantren Cangkringan Sleman, dan ke gereja Ganjuran sebagai ekposure atau studi banding. Di Ganjuran mereka mulai acaranya dengan mendengar ceramah dari pastor Dr.Greg.Utomo pr, theolog dan budayawan serta pecinta pertanian di depan candhi Ganjuran.Hadir dalam pertemuan ini para theolog dari Dunia Ketiga (Asia, Amerika Selatan dan Afrika) dan dipertemukan dalam sarasehan setelahnya beberapa tamu tokoh Kebatinan/Penghayat Ketuhanan Y.M.E. dan undangan yang lain.

Salah satu topic yang menggelitik adalah mereka berbagi pendapat tentang bagaimana semua makhluk dari yang berbudaya maju hingga yang dibilang primitip berusaha menangkap Tanda-tanda Kehadiran Illahi, Kalam, Sabda Allah melalui alam semesta. Dan harapan harapan macam apa yang menjadi dambaan manusia. Dan tentu dihayati pula hambatan-hambatan baik secara pribadi/internal atau karena factor-faktor penghambat dari luar.

Dari dua kali mengalami bulan Ramadhan sebagai penulis kompasiana saya juga menulis ajakan menghayati iman fitriah, iman sederhana aseli, utuh, dari Nabi Ibrahim ketika di panggil Tuhan Yang Esa dari tanah Ur mengelana hingga di Palestina. Dia percaya akat “anugerah tanah terjanji” dan akan menjadi “bapak bangsa”.

Sebenarnya penulis berkeyakinan bahwa Sang Pencipta, Tuhan, siapapun NamaNya SebutanNya, Dia yang kita masing-masing kenal dengan cara kita masing-masing memang Dia Penyelenggara Utama semua peristiwa demi dan denganKasih SetiaNya, karena Dia telah menciptakan (bara) dan akan menyelenggarakannya dengan barakahNya (bara). Marilah kita ikuti trend PenyelenggaraanNya, berarti kita taati perintahNya sesuai anda menerimanya. Termasuk marilah kita arif “Memaknai Arti Setiap Peristiwa”.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline