Lihat ke Halaman Asli

Mengisi Kemerdekaan: Evaperca (?)

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini tanggal 17 Agustus 2011. Sejak pagi sampai siang radio dan TV menyuarakan upacara atau lagu perjuangan. Tadi malam ada malam tirakatan menjelang Peringatan Hari Kemerdekaan ini. Pesan yang kuterima: Teruskan Perjuangan Kemerdekaan ditempat dan sesuai dengan posisi serta peran kita masing-masing.

Maka layaklah permenunganku sehari ini tentang bagaimana perilaku bangsaku dan mengapa ? Dengan pokok bahasan tentang korupsi, tentang budaya berrebut bukan budaya berbagi, tentang budaya berjuang untuk kepentingan sendiri dan atau kelompok sendiri. Disamping itu ada factor penunjang yang berdayaguna besar, yaitu perkembangan teknologi komunikasi. Sangat terpupuklan budaya instant : dituntut segala harus, cepat, mudah dan nyaman. Bukan main heibatnya kemajuan perilaku bangsaku…!

Baru sekitar 2 bulan ini saya dan isteri menjadi bapak dan ibu keluarga baru. Saya menerima titipan anak lelaki 6 orang. Mereka dari 6 keluarga yang berbeda yang menyerahkan kepercayaan mereka kepada kami. Dua dari Nabire Papua, satu dari Menado, satu dari Timor Leste, satu dari Jakarta, satu dari kota tetangga. Budaya dan perilaku mereka sangat nampak sebagai produk dari keluarga mereka.

Pertama yang kami terima buahnya adalah terjadi tukar pikiran serius (baca: perang mulut) antara saya dan isteri. Isteri maunya dibuat “aturan yang lebih ketat”. Sementara saya mengedepankan “bebas bertanggung-jawab.”Saya berpendapat perubahan perilaku itu bukan sebuah pekerjaan sekali pukul selesai. Saya beri petunjuk mereka menyusun jadwal mereka sendiri sehariannya. Jam makan yang enak saja tidak ditepati, sementara yang diperpanjang adalah jam yang ditulis dijadwal untuk: “Bebas” Tempat tidur tidak diatur, tempat bekas beracara ditinngal begitu saja, pintu kamar dan rumah ditinggalkan terbuka saat mereka pergi. Keluar masuk rumah, pergi dsb, tidak memberi tahu yang dirumah. Waktu malam cenderung mencari alasan pergi entah kemana asal pergi.

Kami suami isteri mempunyai latar belakang keluarga yang cenderung disiplin keras. Diajarkan pada kami untuk bekerja memenuhi kebutuhan sendiri yang pokok, membantu bapak ibu membereskan rumah, mengatur dan membereskan tata letak isi rumah kembali seperti semula sehabis membuat acara. Menata alat permainan sendiri. Menata tempat tidur segera setelah bangun pagi. Mencuci pakaian dalam sendiri.

Kami diajak dan dilatih dari kecil berdoa. Doa makan itu barang biasa. Lebih kedalam adalah Berdoa Malam dan Pagi. Doa malam ada renungan barang 5 detik meneliti batin. Sampai dewasa terbiasa dengan sefh control yang tidak disadari, menjadi sebagai sikap hati hati berperilaku, tidak asal asalan. Hal ini adalah awal dan modal perilaku Evaluasi dan Perencanaan.

Budaya korup dan instant sangat ditunjang oleh tidak pernah dikenalkannya Evaluasi dan Perencanaan hidup keseharian. Evaluasi dan Perencanaan (EvaPerca) adalah tulang punggung Program. Program tanpa Evaperca adalah Program pura-pura saja. Sebaiknya program yang serius memiliki Evaperca. Dalam Evaperca diukur dan dinilai kadar pertanggungan jawab.(postingan saya sebelumnya:

Susah juga kami akan mencoba berjuang untuk kemerdekaan bangsa sesuai dengan peran dan posisi kami, dengan menyiapkan watak bangsa dikemudian hari….

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline