Lihat ke Halaman Asli

Berkat Kelahiran

Diperbarui: 25 Juni 2015   22:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

*****Tiada orang yang akan menyangkal bahwa kelahiran itu awal kehidupan. Hidup berarti memiliki dasar-gerak dan daya tumbuh sendiri. Kelahiran sebagai awal kehidupan mengingatkan saja bahwa hidup itu melewati pertumbuhan. Kehidupan itu berproses.

Theologi umat sederhana bersaksi, bahwa kita manusia dan seluruh alam semesta ini diciptakan oleh Tuhan Sang Pencipta segala sesuatu. Selanjutnya boleh tidak percaya berdasarkan naskah kuno di Timur Tengah di tertulis bahwa Tuhan Yang Maha Ada menciptakan alam semesta. Kata menciptakan itu dalam bahasa aselinya berbunyi “BARA”, yang suka disamakan juga dengan pengertian “memelihara”. Artinya menciptakan sekaligus memelihara, mengupayakan tetap terselenggara. Kata bara sekarang menjadi popular dalam bentuknya baru Barokah, Barkah, Berkat.

Filsafat Awam Akal Sehat sederhana tidak usah berbantah kalau dinyatakan bahwa Guru yang terbaik adalah Pengalaman. Frase itu perlu ditangkap maknanya bukan arti kata perkata. Terhadap suatu peristiwa kita bisa : Mengamati, mengalami, memahami, memaknai.

*****Penulis mengamati perkembangan anak, yang dari lahir hingga 3 bulan ikut merengkuhnya, dan selanjutnya dipantau selalu dan dikunjungi seminggu dalam setiap 3-4 bulan. Penulis serasa mengalami bersama perkembangan pertumbuhan badan, geraknya dan pertumbuhan akal nalarnya. Anak itu belajar memahami lingkungannya, situasinya. Anak itu sudah pandai menyebut “nama/panggilan” anggota keluarganya : papa, mama, oom, tante, (2 pasang jadi 4 orang), nenek, kakek, (dari ayahnya dan dari ibunya,4orang), dua orang yang sering mengasuh.Anak itu berumur 22 bulan mengenal memberi nama dalam bahasa bocahnya lebih dari 12 orang. Menyebut menggunakan beberapa kata kerja: makan minum, bobok, mandi dsb. Dia dapat menjawab pertanyaan singkat dengan jawaban: bisa, tak mau, belum, sudah, jatuh, hati-hati. Anak itu bisa memaknai situasi, seperti mendengar musikpun tangan leher pinggang digerakkan. (tanpa diajarkan).

*****Ketrampilan Memaknai yang dalam pertumbuhan tidak mudah dicapai itupun masih sering dipersulit mengamalkannya. Apalagi untuk sampai taraf pembentukan sikap tetap atau perilaku.

Kepada anak asuh penulis memberikan tuntutan lebih jauh dalam pemaknaan. Ternyata meraka tidak mudah menerima: “Makna belajar sebagai proses menguasi ilmu, dan membentuk kebiasaan untuk maju dihari kemudian.” “Belajar bagi mereka adalah persiapan menghadapi ulangan.”

Memelihara kebersihan dan kesehatan sebagai budaya hidup bersama menghargai harkat sesama merupakan suatu makna yang asing dan tidak urgen. Latar belakang budaya dan pendidikan dan daya tangkap bagian dari daya hidup bawaan kelahiran akan ikut menjadi faktor penentunya upaya pemaknaan.

Pemaknaan karya sastra seorang penulis belum tentu bisa didapat optimal karena kurangnya bekal pengalaman dan pengetahuan sastra pembaca. Sebenarnya berbeda lagi pemaknaan peristiwa apa itu politik, medis, ekologis, teknis, ekonomis, social. Peristiwa sering lebih mudah diserap dan dimaknai oleh yang mengalami sendiri. Sementara itu upaya pemaknaan yang hanya dari laporan tertulis bisa sangat berbeda hasilnya. Belajarlah dari para jurnalis.

*****Pembelajaran yang dapat dikembangkan adalah :

1.Memaknai adalah fungsi/peran manusia menangkap situasi lingkungan yang merupakan proses pembelajaran hidup sejak dilahirkan.

2.Memaknai adalah moment strategis dalam hidup dalam membentuk wawasan dan perilaku.

3.Kematangan kepribadian utuh didapat dari jatuh bangunnya proses memaknai, dan pada gilirannya akan membantu orang memaknai situasi dan hidupnya.

4.Bersyukurlah atas kelahiran kita yang diterima dalam lingkungan kita.

5.Bersyukurlah dan terus belajar dalam karya tulis agar kita tahan banting menghadapi pelbagai pemaknaan terhadap tulisan kita.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline