Lihat ke Halaman Asli

CUCI OTAK : PENGALAMAN SAYA

Diperbarui: 26 Juni 2015   05:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Diajar dan Dicuci beneran…

A. Diajar :

Sewaktu di Sekolah Dasar, dahulu Sekolah Rakyat, tahun 1950, saya sudah diajar. Maksud saya diberi tahu adanya pencucian otak. Orang mau ke Uni Soviet harus dicuci otak. Iman kepada Tuhan dihapus dari otak kita, kena cuci otak. Konon kader PKI juga dikenai cuci otak.

Ternyata memang sejak dahulu cuci otak dipraktekkan. Seperti kata Kirdi Putra : Untuk membangun semangat para prajurit dari semenjak masih remaja, untuk membentuk mental prajurit yang tahan banting, loyal, dan sejiwa dengan haluan partai NAZI saat itu. Teknik yang digunakan merupakan sebuah metode yang saat itu dikembangkan secara ilmiah oleh para pakar psikologi dan pikiran manusia,….(http://htii.blogspot.com/2008/03/artikel-brainwash-apa-itu-cuci-otak.html) Jadi memang bukan barang baru.

Karena itu pahami kata Wikipedia : “Cuci otak adalah sebuah upaya rekayasa pembentukan ulang tata berpikir, perilaku dan kepercayaan tertentu menjadi sebuah tata nilai baru, praktik ini biasanya merupakan hasil dari tindakan indoktrinasi, dalam psikopolitik diperkenalkan dengan bantuan penggunaan obat-obatan dan sebagainya.”

Termasuk dewasa ini kita bisa “diajar” oleh pengalaman orang lain. Saya kutip pengalaman orang lain sebelum saya cerita pengalaman saya sendiri.Putu Setia bertanya : “ kenapa otak saya harus dicuci? Saya tak ingin jadi beda, saya masih menghormati orang tua, masih mengakui negara ini dan mencintainya betapa pun buruknya perilaku pemimpinnya."………Yang dijawab oleh lawan bicaranya : "Sudahlah,Ini salah paham tentang makna cuci otak. Sesekali otak harus dicuci supaya bersih. Caranya dengan berdoa, berzikir kata orang Islam, berjapa kata orang Hindu. Atau melakukan meditasi. Intinya membuang segala kekotoran yang disebabkan oleh prasangka berlebihan, keserakahan, ketamakan, dan segala nafsu buruk lainnya. Sisakan kepasrahan, ketulusan, kejernihan melihat permasalahan, jujur pada hati nurani." (http://www.tempointeraktif.com/hg/carianginKT/2011/05/01/krn.20110501.234620.id.html : Cuci Otak Minggu, 01 Mei 2011 | 00:56 WIB)

Tanpa bermaksud memanipulasi apa lagi mengkaburkan gagasan orang lain, saya balik-balik baca dan memahaminya, untuk bekal saya telusuri pengalaman sendiri, saya temukan butir2 penting ini :


  1. ada paham pembersihan = pencucian
  2. otak = pemikiran, penghayatan, kesadaran akan nilai
  3. rekayasa = upaya sistematik, dalam proses waktu untuk isi ulang
  4. tujuan….kalau diambil ekstremnya :

d.1. pengisian intens setengah paksa ide baru, motivasi baru

d.2. pemaksaan bisa menjadi pengkerdilan, membuat secara paksa orang menjadi “manusia khusus” sesuai pesan sponsor, itu memiskinkan harkat manusia.

d.3. rekayasa yang sehat dapat membuat sebagai “upaya” makin “memanusiakan manusia”.

B. Dicuci beneran.

Saya mengalami pendidikan intensip sejak lulus SR (skarang SD)tahun 1953 hingga 1960, tujuh tahun, setaraf klas-klas SMP-SMA plus 1 tahun tambahan. Pendidikan itu ada di Seminarium Minus Mertoyudan Magelang, gaya lama. Sekarang disana menerima siswa dari SMP., bukan dari SD. Sistem gaya lama yang saya terima selain dimulai dari SD, dan diprogramkan 7 tahun untuk dapat masuk kejenjang Seminarium Mayus, disamakan dengan Gymnasium A. Artinya kami diberi pelajaran bahasa Latin/Yunani, dan yang serba humanistic.

Sementara itu secara rohani, bimbingan intensip kami terima secara teratur, terprogram sistematis, untuk menjadi insan penuh kesadaran tanggung jawab moral dan dipimpin oleh keterpanggilannya masing-masing yang terus dipantau dan disadari oleh diri sendiri masing-masing. Dengan kondisi seperti itu saya melihat harkat manusia yang sungguh penuh kepribadian.

Untuk memperoleh manusia seperti tersebut dimuka dilalui sebuah system penyadaran periodic, mingguan, bulanan, tahunan. Saya alami 7 kali yang tahunan…… Titik awal prinsip dasar dari bimbingan ini adalah Tuhan Allah Yang Segalanya yang menyapa, memanggil manusia untukNya. Kesadaran itulah yang memimpin hidup kita. Methoda dasar adalah tiga langkah ini :Pembersihan/Khatarsis, Penerangan/Pencerahan, Persatuan dengan Kehendak Tuhan/ Perbuatan nyata.

Methoda ini juga bukan barang baru. Para biarawan dan serikat rohaniwan katholik telah sejak lama memakai methoda pembinaan kerohanian ini. Lebih popular lagi sejak dipakai oleh para iman Serikat Yesus atau Yesuit (silahkan periksa Google) dalam semua jenjang pembinaan. Untuk umat ada istilah Retret, 3 hari untuk tiga tahap.

Tahap awal metoda itu adalah Pembersihan………mirip kan dengan “cuci otak”. Pembersihan dalam katharsis adalah pembersihan dari dosa, dari nafsu, dari pikiran tidak jujur, dari niat tidak murni, dari salah sangka, dengki, iri, kesombongan, dari salah pengertian tentang diri sendiri.

Dengan cuci otak gaya pemanusiaan ini belum pasti menghasilkan manusia sempurna. Sebab untuk menjadi manusia plus masih ditentukan oleh adanya Pencerahan, dan Rahmat (Persatuan dengan Kehendak Allah) dan Perbuatan nyata yang baik. Dengan cuci otak ini untunglah kalau dapat menemukan jati diri sebenarnya dan “tahu diri” yang mendalam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline