Lihat ke Halaman Asli

Baca ulis Sebagai Komunikasi

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

BACA DULU.......SEMAKIN MEMBACA ........

Pada waktu saya mau kirim tulisan dan membuka dashboard Kompasiana ternyata ada dua tulisan yang saya baca dan materi pembahasannya dekat sekali dengan materi saya. Saya terpaksa membuat perubahan arah dan aspek dari tulisan saya. Dengan pengalaman itu saya membuktikan memang perlu baca dulu baru tulis. Penulisan saya tunda. Tambah lagi semakin membaca.... Semakin asyik .......bisa jadi lupa nulisnya.

Entah membaca entah menulis ternyata semua itu untuk komunikasi. Dan dimanapun kita akan bertemu dengan :

1. Argumentasi, berproses dalam berfikir, ditandai dengan kesadaran akan adanya motivasi dan kemauan untuk komunikasi.

2. Konstatasi, yaitu menemukan sasaran dan memastikan untuk pembahasan

3. Analisa, yaitu pengkajian terhadap sasaran dan unsur-2 serta situasinya....

4. Evaluasi, yaitu memberi penilaian terhadap sasaran dan unsur-2 serta situasinya....

5. Berlanjut dengan komunikasi: "bertemu" dengan penulis/pembaca.

Dalam baca dan tulis kita secara keseluruhan atau dari awal dan akhir sebenarnya terus beriringan dengan argumentasi dan komunikasi. Argumentasi adalah proses berfikir, yang dengan mudah kita terima sebagai kerjanya pikiran. Komunikasi adalah proses keseluruhan. Untuk menemukan hal-hal yang lebih menyeluruh, luas dan besar nantinya mari kita telusuri dari yang awal awal dahulu dari pembicaraan ini.

Dengan 5 unsur kegiatan baca tulis tersebut diatas kita akan bertemu dengan hal-hal yang akan menjadi sasaran dari masing-masing kegiatan kita, yaitu:

1) a) Realita, yang pertama adalah kesadaran sebagai penulis/pembaca, dengan motivasi dan seluruh sikonnya

b) facta dan/atau bukan fakta nyata hasil imaginasi penulis/pembaca yang dipastikan akan dibahas, ditulis, atau dibaca.

2) a) Hakekat, jati diri, substansi yang bila dianalisa oleh ketajaman pikir akan ditemukan Unsur-unsur, sesuatu yang mutlak lekat pada sasaran

b) Arti, Makna, nilai,..... yang bisa lekat dengan sasaran.

3) a) Situasi sesaat atau sebelumnya yang boleh disebut fakta .

b) Dampak yang mungkin adalah fakta sesudahnya

c) Pengambil manfaat, atau sebenarnya pelaku pemikir yang dibelakang peristiwa, sering nampak belakangan.

4) Pembelajaran yang bisa diambil atau diwacanakan dst.

5) Saran, rekomendasi yang bisa dikomunikasikan kepada / dengan siapa komunikasi terhubung.

Apa yang saya sebut sub 1) - 5) sebenarnya adalah bagian-bagian dari apa yang biasanya ada dalam karya tulis, yang lengkap. Tentu saja tidak ada keharusan. Bahkan penulis bisa menambah, menapat urutan secara bebas. Tetapi bisa juga dengan menyembunyikan satu dua hal yang dianggap harus disembunyikan atau tidak dipublikasikan. Penempatan dan penyembunyian adalah termasuk strategi penulis untuk maksud tertentu sehubungan dengan pertimbangan terhadap pembacanya.

"Baca tulis sebagai komunikasi" itu juga berarti bahwa nilai postingan kita sangat ditentukan oleh arti, nilai dan makna komunikasi yang mau kita bangun. Komunikasi yang kritis, bisa berbahaya dampaknya bagi komunikator mungkin perlu strategi siluman. Komunikasi yang terbuka misalnya dalam seminar mungkin pembicara perlu perkenalan diri. Komunikasi yang romantic mungkin perlu pilihan kata yang indah. Seperti pula komunikasi total dalam persetubuhan mungkin penting menjaga kebersihan dan kesehatan tubuh.

Komunikasi manusia social yang berjiwa dan raga ini memang bertumpu pada "tubuh". Tubuh menjadi alat komunikasi yang mendasar. Komunikasi membutuhkan mata, telinga, mulut pendeknya seluruh tubuh. Komunikasi jiwa, perasaan, pikiran dibantu dengan tanda dan symbol yang bisa disampaikan dengan tubuh dan ditangkap oleh mata, telinga dst. Tehnologi komunikasi / informasi sebagai alat bantu yang semakin besar perannya. Semua ditujukan kepada sasaran yang nyata.

Komunikasi, betapapun canggih diperkembangkan, tetapi tetap memiliki kendala keterbatasan. Sebab kreativa dan dinamika jiwa lebih halus, lebih cermat, lebih jauh melampaui gerak langkah tubuh dengan segala peralatannya.

Keterbatasan itu sangat terrasa ketika kita bicara tentang seniman dan medianya dalam menyampaikan gejolak jiwanya. Pujangga penyair dan penulis menyampaikan arti, makna dan perasaannya dalam huruf dan pilihan kata. Banyak permaafan harus di sampaikan disana.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline