Lihat ke Halaman Asli

Menanti Harmoni

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

aku remaja

kenapa tak boleh punya pujaan

kenapa tabu memuja idola

itu kebutuhan

itu hasrat hati bergengsi

kucari cermin jatidiri

iki zaman saiki

bila kelak aku melangit

idola menjadi saingan

tak ada lagi pujaan

cakrawalaku berawan zaman.

…………………………………..

aku rakyat jelata

kenapa tak boleh dambakan citra

kenapa dosa punya harapan

itu demi kemajuan

itu isi impian kemakmuran

seperti zamannya pewayangan

citra-citra panutan.

bila tiba saatnya Utopia meraja

tak ada citra tak ada jelata

realita sejahtera adil merata

evolusi alami menata harmoni.

……………………………………

aku pertapa biara…..

aku Habib Sayed dari pondok biru

dikaki langit bersama santri-santri nurani

aku pendeta

aku biksu

aku biksuni

aku,aku,aku, aku, aku inilah yang melakukan kultus

kultus hanya bagimu Tuhan, karena aku-aku-aku itu

punya harapan, perlu tuntunan, menuju akhir kehidupan.

………………………………………..

idola, citra dan pengkultusan

adalah langkah harapan

adalah langkah pematangan

adalah langkah menanti harmoni

sampai keseimbangan terjadi

atau bersatu dalam keabadian.

idola, citra dan pengkultusan

selesai sendiri.

(salam khusus bagi rekan-rekan sepetualangan)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline