Lihat ke Halaman Asli

Pelayanan Umum

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Ketika saya harus mempersiapkan diri bicara didepan komunitas seiman tentang pelayanan sesama saya masih berfikir tentang pelayanan umum oleh para Abdi Masyarakat (lihat lambang KORPRI). Sementara sekarang marak bahasan tentang Presiden, dalam sosok dan perannya sebagai VVIP. Dihadapkan dia dengan rakyat kecil. Rakyat bermartabat, rakyat mempunyai kemerdekaan yang diperjuangkan, dibebaskan dari penindasan dan penjajahan dengan keringat dan darah pahlawan bangsa. Saya mencatat pula Sri Paus pemimpin tertinggi umat katholik sedunia menyebut dirinya Servus servorum Dei, artinya Abdi dari para abdi Tuhan.
Sebuah percakapan antar penumpang bus saya rekam dalam ingatan dan renungan saya. Mereka membuat penegasan antar mereka tentang Si Rohmad dan si Dollah, anaknya simbok Soblah isteri Pak Umar yang penjaga masjid. Si Rohmad adalah anak bawaan Simbok Soblah dari suami terdahulu almarhum Pak Achmad yang Ustad ternama disekitar desanya. Sementara si Dollah (Abdullah) anaknya dengan Pak Umar suami sekarang. Renungan saya mengapa anak Sang Ustad bernama Rohmad, yang artinya perkenanan Allah atau apa yang berasal dari Allah. Sementara anak penjaga mesjid dinamai oleh ayahnya Abdullah. Artinya Hamba Allah. Apa kesadaran dan kedudukan pemberi nama menjadi factor terpilihnya nama-nama itu ?
Renungan saya kembali kepada persiapan saya untuk menjadi salah satu panelis pada sebuah acara rekoleksi sebuah kelompok umat. Saya harus memaparkan makna imani dari “melayani sesama.” Siapa yang menjadi sesama kita, itu tidak sulit dijelaskan. Melayani meliputi mencintai sebagai saudara, membantu sampai apabila diperlukan melakukan hal2 yang harus dilakukan bagi orang yang dilayani. Semua dilakukan dengan motivasi iman, dengan kaidah social pada umumnya. Singkatnya melayani sesama yang sebenarnya adalah interaksi antara subyek dengan partner-peran-sosialnya, dengan motivasi iman.
Saya jadi sadar bahwa dalam melayani sesama ada aspek dan nilai-nilai social, dan ada aspek dan nilai-nilai iman. Pertanyaan saya menjadi dapatkah konsep dan wawasan tentang “melayani sesama”, “pelayanan umum”, “abdi masyarakat” itu masih bisa diterima oleh masyarakat dengan euphoria kebebasan, hak azasi manusia, dan kesamaan kedudukan (egaliterisme) ? Dapatkah pertanyaan itu dijawab dengan diterima alternatip kebersamaan (partnership) dan partisipasi dan kegotong royongan ? Kalau bisa menghidupkan kembali semangat kegotong-royongan sekaligus itu membangun kehidupan beriman yang memasyarakat.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline