Theologi umat bukan theologi para ahli,
Theologi umat adalah theologi recehan, kadang muncul dari seorang diambang harap. Juga bukan system, maka tentu tidak sistematis.
Itu sekedar sepotong sepotong kata, bermakna untuk yang berkata.
Sang Khalik berkarya, membuat peristiwa,
InsanNya sesekali merasa, mendengar, melihat, merasakannya.
Allah berpesan
Hyang Maha Agung bersabda.
InsanNya mengalami peristiwa
InsanNya menerima pesanNya
dalam permenungan diri menemukan Gerak kuasaNya.
dalam mengarungi gelar gejolak semesta
dalam mengalami perintiwa kesehariannya.
Ada factor X,yang “rumput-bergoyang” pun tak tahu jawabnya.*
Manusia menerima pesan SabdaNya
Manusia menyapa sesama……. Eh, terlontar kata
Warta gembira, ada pesan bahagia
Ditemukan jalan kesorga…….
Pengamalan pengalaman terjadi dimana-mana **
Pengembangan pelaksanaan Sabda terjadi
Pengembangan pewartaan pesan ditata***
Penataan pengamalan pengalaman menguasai
Semua menjadi nabi…….
Hegemoni merubah yang aseli……..
He, waktu Allah datang menengok bumi
Pastinya ----- menurut theology umat----- Allah bersabda:
“Eh siapa suruh kalian bersengketa
Siapa suruh kalian saling membunuh
Siapa bilang kamu paling sempurna,
Semua mengamalkan SabdaKu, Hargai dia umat sederhana……..
Si kecil, lemah, miskin, tersisih, terlupakan……….” **
Manusia terpana bak kijang Prambanan dikejutkan wisatawan.
* Referensi Sastra Jawa: Pengalaman akan Allah, cari di Serat Wujil, Serat Centhini.
**Yang Azas itulah dasar toleransi.
***Alkitab pada umumnya adalah tulisan tentang Karya/Sabda Allah yg dialami nabi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H