(Mulat Sariro Hangroso Wanidan Aura Pesona bukan Citra Semusim)
Bukan sekedar meletusnya balon hijau si upik atawa si denok, tetapi gunung gunung Sinabung, Merapi, Merapi, Kelud, Selamet berturutan. Banjir bukan banjirnya orang demontrasi tetapi air bah berontak keluar jalur. Orang Jawa suka bertanya ini pratanda apa ?Mari kita jawab saja bahwa ini peristiwa alam.
Udara panas mungkin juga karena sejak kemerin ini ada gelombang energy dari ribuan manusia menggelorakan diri menyonsong 9 April 2014 ini. Energi jiwa panas itu timbul dari enam ribu enam ratus tujuh orang caleg nasional plus sekian puluh caleg untuk setiap dprd propinsi dan kabupaten/walikota , dari 15 partai dan sekian dpd. Belum lagi limabelas partai lagi sekian puluh aktivis kali sekian puluh jenjang pimpinan partai…Suatu potensi yang saya kira belum ada yang mengukur seluruhnya berapa mega potensi dan variabelnya. Mereka terbagi rata di 77 Dapil di Indonesia,dari Partai Nasdem berjumlah 559 orang. Sebelumnya, Nasdem mengajukan 560 nama. Kemudian Partai Kebangktian Bangsa (PKB), 558 orang dari 560 bacaleg yang diusulkan. Partai Keadilan Sejahtera (PKS) 492 nama dari 492 bacaleg. Sementara Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) berjumlah 560 nama dari 560 yang diajukan. Untuk Partai Golkar DCT berjumlah 560 nama dari total 560 bacaleg. Partai Gerindra DCT berjumlah 557 nama dari 560 nama. Untuk Partai Demokrat, DCT yang ditetapkan 560 nama dari 561 yang diajukan. Sementara Partai Amanat Nasional (PAN), KPU menetapkan 560 nama yang masuk. Untuk Partai Persatuan Pembangunan (PPP) KPU menetapkan DCT DPR RI berjumlah 548 orang. Partai ini sebelumnya mengajukan 549 nama. Hanura berjumlah 558 nama dari 560 yang diajukan sebagai bacaleg. Partai Bulan-Bintang jumlah DCT-nya 556 nama dari 558 bacaleg dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI), KPU menetapkan 540 nama. (sumber Liputan6.com)
Semua itu diaduk lagi dari energy caleg tingkat propinsi dan kabupaten /kota. Suatu dinamika tak terperikan. Kegaduhan juga didukung oleh perbedaan pendapat dan pertarungan pengaruh mempengarhi dari setiap pribadi caleg serta parpol kontestan.
Rupanya sulit dibantah bahwa akan banyak aturan yang siap dilanggar seperti praktek politik uang. Para pemilih akan berhitung uang daripada mau tahu hal kinerja/program parpol, kapasitas maupun rekam jejak caleg. Setiap parpol akan berlomba membuktikan dengan segala cara tidak adanya praktek politik uang, disatu sisi sedang pihak lain akan membuktikan sebaliknya.
Lalu bayangkan kalau (semoga jangan) masih akan dibumbui dan diperpanas oleh penyakit kambuhan fanatisme yang menyangkut SARA. Pasti yang panas semakin panas.
Kekuatiran dan antisipasi jauh adalah di Sulawesi Tengah. Menurut Liputan6.com, Palu - Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Sulawesi Tengah (Sulteng), siap menampung Calon Anggota Legislatif (Caleg) yang depresi. Terutama, bagi mereka yang gagal dalam Pemilihan Legislatif (Pileg) yang akan berlangsung April 2014, nanti.
Rupanya memang layaklah disampaikan pesan filosofis Jawa bagi para Caleg dan Parpol : Bersikaplah Mulat Saliro Hangroso Wani. Semboyan ini diakrabi oleh para pemangku Trah Mangkunegaran. Konteks seutuhnya berbunyi : “Rumongso Melu Handarbeni, Wajib Hangrungkebi, Mulat Sariro, Hangroso Wani”. Kita rakyat/warga, menyadari ikut memiliki (Negara ini) Harus membela; Melihat Diri Berani menyadari dimana tempat diri kita. Inilah kerendahan hati yang pas, mengerti diridan berani diharapkan kapasitasnya dengan tulus. (tulus = pas)
Sementara untuk pemilih semoga memahami sebenarnya, Pesona Aura tokoh jangan mau diganti dengan Citra musiman. Apakah kita bisa melihat sebenarnya Aura yang mempersona, jangan cepat percaya pada Citra semusim.
Pertanyaan terakhir kepada pembaca dan penulis Kompasiana: “Sejauh mana kita bisa membantu meningkatkan terus mutu Pemilu kita?”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H