Lihat ke Halaman Asli

Saatnya Menyingkir Penggemar Tulis Menulis, Bukan Penulis...

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Refleksi memang bertetangga dengan Ber-Narsis-ria. Disini memang akan saya tulis diriku sendiri sebagai Who reportase saya. Peristiwa pokok (what) hanya Mencatat 5 tahun saya bergabung. Dimana ya, pasti saja di Kompasiana. Maka tak pelak lagi Kompasiana masa itu sampai dewasa ini termasuk catatan pula. Kenyataannya memang tercatat pada th 2009, Desember, tg.25 saya tercatat resmi sebagai Kompasianer.

Menurut “garis besar halauan diri” di kolom Kompasiana / profile saya yang pernah saya deklarasikan disana :“Syukur (nostalgia)atas masa lalu, Pelihara Semangat, Belajar dan Berbagi, Menanti Panggilan keSonoya.” Mungkinlah ini harus menjadi Jati Diri yang boleh dikomunikasikan dalam berbagi !Maka yang penting harus menjadi Diri Sendiri. Dan itu pula sebagai motivasi penggerak saya hadir termasuk menulis sekarang disini dalam rangka syukur telah 5 tahun boleh bergabung dengan anda di Kompasiana.

Kesan (hasil pembelajaran) dan Pesan (butir-butir untuk berbagi) semoga bermakna bagi pembaca sebagai ujud rasa syukur saya sebagai Penggemar Tulis Menulis. Adapun isi tulisan ini mungkin juga senada lain suara dengan tulisan saya pada tg 31 Mei 2014 sebagai tulisan saya ke 500 di Kompasiana. Disana saya tulis : “Kompasiana adalah “agora” baru, “, suatu alun-alun publik tempat manusia berbagi gagasan, informasi dan pendapat, dan yang dalamnya  relasi-relasi dan bentuk-bentuk komunitas baru dapat terwujud.” ,dan “ orang-orang yang  terlibat di dalamnya harus berupaya menjadi otentik , karena di dalam ruang itu,  orang tidak hanya berbagi gagasan dan informasi, tetapi pada akhirnya orang mengkomunikasikan dirinya sendiri.” (dikutip dari : Artikel 500 Adem Ayem / http://media.kompasiana.com/mainstream-media/2014/05/ 31/artikel-500-adem-ayem-655905.html) Jadi siapa sebenarnya diriku sendiri. Dan itu pula perlu direfleksi saat ini.

Kondisi perkembangan dan kemajuan Kompasiana itu tersirat pada tulisan Rekan Ninoy N.Karundeng, disini : http://media.kompasiana.com/new-media/2014/12/24/faisal-basri-yusril-ihza-dan-lima-cara-tenar-unik-di-kompasiana-698665.html. Bila saya sarikan ada saran yang tegas untuk dapat menjadi penulis yang relevan lagi signifikan di Kompasiana, sbb:

1.Membuat artikel dengan karakter berbeda. Membuat tulisan yang berbeda dan memiliki ciri khas.

2.Jadilah orang terkenal. Hah? Iya.

3.Tangguh. Tunjukkan kekuatan, kekayaaan, gelar kebangsawanan, profesi seperti dokter, dosen, tentara, penyari, guru, mandor, babu dan sebagainya. Kenapa? Orang Kompasiana masih silau dengan aneka jabatan seperti itu.

4... jika Anda Rapuh. Kebalikan dari poin 3, jika Anda tampak rapuh Anda akan mendapat simpati Kompasianers dan Kompasiana menderita, rapuh, renta, tak terurus, susah, sedih, namun berusaha menginspirasi,....

5.Membuat artikel menyerang Kompasianer lain. Ini jurus yang dilakukan paling kuno dan paling tua. Dengan menyerang Kompasianer lain, apalagi yang senior dan terkenal, maka bisa numpang tenar.

Saya kira tulisan Rekan Ninoy ini memberi indikasi perkembangan Kompasiana sekaligus kritik yang membangun bagi semua warga Kompasiana. Termasuk bagi saya suatu hadiah natal untuk refleksi ini. Hadiah Natal bagiku suatu yang saya terima seperti kejutan. Pada momentum yang bagus kegembiraan kuperoleh seperti saya terima dari Tuhan sendiri. Seperti Tulisan yang saya anggap paling menukik tajam : sekitar Natal ini oleh Ian Wong.http://politik.kompasiana.com/2014/12/24/skandal-natal-ucapan-selamat-dan-ketakutan-agama-712397.html. Hadiah Natal yang indah.

Kembali ke refleksi itu sendiri maka saya mencatat apa yang pernah saya alami.

Lima Tahun Bergabung. Terdaftar 25 Desember 2009, Tulisan Tayang pertama : Sosbud:Beras (Produk Pertanian) Organik.Sekali perstiwa ketika seorang pimpinan perusahaan multi-level-marketing berbicara didepan calon pelanggan memperkenalkan produknya, dia mengawali presentasinya dengan mengatakan bahwa pengusaha saat ini kalau tidak mau ...OPINI | 20 January 2010 12:061861   0   0Pertama menulis banyak yang baca tak ada nilai dan komentar.

Nama saya kutulis ditulisan kedua : Nama, What Is a name ? http://sosbud.kompasiana.com/2010/01/26/nama-what-is-a-name-61207.html

Sosok saya ditulis oleh Rekan @Aciek Rangkat : http://sosbud.kompasiana.com/ 2011/05/15/sosok-itu-bernama-astoko-datu-364136.html

Pernah saya didaftar sebagai salah satu dari 35 Kompasoaner yang inspiratif oleh Rekan @Ma Sang Ji, http://edukasi.kompasiana.com/2011/09/09/inilah-35-penulis-paling-cerdas/ ....Dari tulisan itu saya justru mendapat kenalan Kompasianer @Arimbi Bimoseno dan @ Aridha Prasetyo yang namaya berdekatan dengan nama saya secara alphabetis.

Pernah pula beberapa kali tulisan saya “dihormati” oleh Yth Admin,dengan HL, tetapi saya kurang minat mencatat. Sebab saya pernah mendapat kesan tentang adanya kontroversi antara Admin dan dua tiga Kompasianer yang protes sehingga reaksi saya merasa tidak layak protes memprotes itu, karena Admin juga punya hak & kriteria sekaligus selera. Maka saya pernah menulis dengan semangat berbagi : “Menulis dibaca atau tidak dibaca...”.

Dilain kesempatan ada lagi penilai disini : 13 Kompasianer Dengan Ciri Khasnya :Disana dikatakanAstokodatu & Baskoro Endrawanmenurut Rekan @Ryan M. : Kedua Kompasianer tersebut saya nilai memiliki kemampuan untuk memandang satu persoalan dari sisi yang berbeda.  Meski menuliskan tema yang sedang in saat itu, mereka mampu mengupasnya dari sisi yang lain - sisi yang mungkin tidak terlihat oleh arus mainstream.Perbedaannya terletak pada tanggapan yang diterima, tulisan Pak Astokodatu biasanya diamini pembacanya sementara tulisan Mas Baskoro masih membuka peluang terjadinya perbedaan pendapat dst http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2014/08/01/13-kompasianer-dengan-ciri-khasnya-part-i-666755.html?ref=signin

Menerima penilaian yang relatif memberi motivasi menulis itu sungguhnya pantas disyukuri.

Tetapi ada pula tulisan indah yang memberi warning, yaitu dari Yth Rekan @Dzulfikar ini : Ada banyak sosok inspiratif namun terkadang tenggelam begitu saja ditengah-tengah hiruk pikuk pemberitaan yang lebih menjual. Ada banyak sosok-sosok muda yang berprestasi yang mungkin tidak memerlukan publikasi namun bisa begitu banyak menginspirasi orang lain yang membutuhkan dorongan semangat untuk hidup lebih berarti melalui sebuah karya.Melaui sebuah tulisan-tulisan sosok inspiratif, setidaknya saya bisa mewujudkan impian saya untuk menjaga rantai inspirasi agar tidak terputus ditengah jalan. Dengan demikian akan semakin banyak orang yang mampu berkarya lebih baik lagi. @DzulfikarAlalahttp://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2014/12/25/melanjutkan-rantai-inspirasi-melalui-paket-internet-indosat-693666.html. Padahal nilai yang paling sering hinggap titulisan saya itu “inspiratif”, dan menarik.

Saling berbagi termasuk berbagi aspirasi dalam hal materi maupun teknik menulis, saya sudah berbagi pembelajaran dalam berkompasiana melalui kanal Media/Maistream : 17 kali, satu dua melalui kanal Muda, atau kanal Catatan Harian.

Yang pantas dicatat pula bahwa saya berhutang budi kepada Rekan @Ragile dan @Della Anna serta Grup Desa Rangkat dalam mendonkrak jumlah pembaca karena pertautan link dan sistem pertemanan grup. Pada tahun 2010 Rekan @Ragile memberi daftar nama 5 orang, yang tulisannya harus saya sebut (linknya) dibawah artikel saya. Dan demikian antar ama nama itu link tulisan saya disebut dibawah setiap tulisan teman tadi.

Telah demikian banyak catatan diatas keterkaitan dan pergumulan saya di Kompasiana bersama rekan-rekan Penulis yang handal, sementara saya sadar saya bukan penulis apa lagi profesional, saya hanya orang yang gemar tulis menulis dan baca membaca, bekas motivator petani dan hidup pedesaan bukan kota metro ibukota setarafnya. Saat ini menanti diujung ambang usia akan datangnya Panggilan dan harus masih belajar berbagisampai nanti.

Kesan umum hasil pembelajaran saya kurang lebih sbb:

1.Perkembangan pesat Kompasiana, merubah banyak kondisi 2010, dibanding akhir 2014 ini.Jumlah, dinamika warga dan mutu tulisan.

2.Relasi dari connecting, aneka jenis warga serta minatnya saya merasa ada pergeseran

3.Perkembangan teknologi pasti juga mempenguruhi dinamika warga dalam menggunakannya.

Pesan atau Saran pemikiran :

1.Khususnya bagi warga muda tentu harus berpacu dalam belajar dan berlatih untuk berprestasi dengan disertai mengenal jatidiri dalam kultivasi hobby menulis.

2.Untuk yang cenderung kepada jurnalisme profesional, mengedepankan nilai aktual baik beropini atau reportase, sementara rekan-rekan yang cenderung kepada jurnalisme warga tentunya menekankan nilai inspiratif, karena opini dan analisa perstiwanya tentu mengarah pada nilai-nilai khususnya yang universal. Dan penulis fiksi selain inspiratif tentu harus kepada sajian yang menarik.

3.Pilih Judul yag berbicara dan memanggil pembaca : politik, pertemanan, seks, sara, humor pendek kata tak terduga dan mengejutkan (sensasional)

4.Menulis Jelas alur dan sasarannya.(4W dan 1 H)

5.Kelemahan dan kelemahan penulis bisa juga dijual. Seperti judul ini : “Mau melihat kehebatan Anda, lihat ketidak hebatan saya ini”.

6.Sisipkan beberapa informasi / pesan dari peristiwa aktual.

7.Demikian minimal tulisan anda Menarik berpotensi diambil manfaat untuk pembelajaran.

Demikian Catatan panjang saya, kepada semua teman semakin akrab (banyak saling berbagi) kita , semakin kita bisa salng mendapatkan manfaat untuk masing-masing.

Salamku hormatku, Selamat Tahun Baru 2015, bagi yang merayakannya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline