Lihat ke Halaman Asli

Asti Sundari

Berfikir adalah salah satu cara bersyukur telah diberi akal. Sebab keunggulan manusia dari akalnya.

Jalanan Rusak di Desa Gelarpawitan Kerap Memakan Korban

Diperbarui: 26 Januari 2022   06:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Desa Gelarpawitan Kecamatan Cidaun Kabupaten Cianjur adalah salah satu desa dengan akses jalan yang rusak cukup parah, akibat dari jalan rusak tersebut banyak korban berjatuhan saat melintas. Pengendara motor harus ekstra hati-hati saat melewati jalan tersebut, karena jika hilang keseimbangan dapat tergelincir dan terjatuh. Terlebih bila dalam kondisi penghujan seperti saat ini, jalanan yang dilewati yaitu bebatuan dan tanah, jika musim penghujan hampir dipastikan jalanan Gelarpawitan akan semakin licin akibat tanah yang basah.

Korban yang jatuh di jalanan Gelarpawitan bukan hanya dari masyarakat sekitar. Bahkan Muhamad Rizki (Patriot Desa Gelarpawitan) dirinya  pernah terjatuh saat berangkat ke kantor Desa Gelarpawitan, saat itu dirinya menuju kantor Desa Gelarpawitan dan kejadian naas itu terjadi di jalan tanjakan yang terjal. Bidan Desa juga menjadi salah satu korban jatuh karena licinnya jalan, saat itu bidan desa akan mengambil vaksin booster ke puskesmas namun karena terjatuh akhirnya jadwal vaksinasi diundur dengan waktu yang belum ditentukan.

whatsapp-image-2022-01-26-at-06-26-44-61f08cdc4b660d32f63f1342.jpeg

Menurut keterangan Kepala Desa Gelarpawitan Heri Kuswanto mengaku malu karena siapapun yang telah berkunjung ke desa gelarpawitan akan menyesal dan kapok untuk singgah ke desa yang mempunyai banyak potensi aren dan kapolaga tersebut beliau menuturkan "saya merasa malu kepada tamu atau siapapun  yang merasakan sulitnya akses di desa Gelarpawitan akibat dari infrastruktur yang sangat rusak dan juga terjal. 

"Setiap orang yang singgah akan berbicara tentang kondisi infrastruktur yang rusak tersebut. Bukan hanya soal keselamatan hal tersebut juga berpengaruh pada perputaran eknomi  sehingga tidak ada yang mau berinvestasi di desa kami." tuturnya.

Kades Gelarpawitanpun menambahkan bahwa biaya ongkos kirim hasil bumi di Desa Gelarpawitan yang melimpah ruah pun bisa menjadi mahal karena biaya akomodasi akibat  akses jalan rusak dan jembatan yang belum permanen tersebut,"Pertama ongkos juga naik, kedua tidak masuk roda empat karena jembatan penghubung cuma bisa dilewati roda dua sehingga tidak bisa membawa hasil bumi secara maksimal dengan ongkos yang mahal, terus kenapa desa kami dikategorikan desa tertinggal karena persoalan akses jalan rusak parah dan persoalan jembatan yang belum permanen dan tidak bisa di lalui roda empat" tandasnya.

Menurut kades Gelarpawitan soal dana desa saat pandemic seperti hari ini sangat disayangkan harus diperuntukan ke BLT, program yang sudah di rancang untuk infrastruktur pun tergeser ke BLT dan menjadi hambatan untuk akses percepatan menuju desa berkembang."Seperti di Desa Gelarpawitan sebenarnya masyarakat sejahtera dengan adanya hasil pertanian, perkebunan dan peternakan, dan efek pandemic sepertinya tidak berpengaruh di desa tertinggal seperti kami, kami berharap hanya akses jalan infrastruktur dan jembatan permanen saja harapan kita."

"Menurutnya infrastruktur dan alokasi dana desa gelapawitan tidak bisa disamakan dengan desa lain, bedanya ketika berbicara infrastruktur, desa lain terbantu oleh status jalan Kabupaten, Provinsi atau Nasional. Sedangkan kami tidak sejengkal tanah pun masuk dalam kategori jalan kabupaten, di desa kami murni seluruhnya jalan desa" tutupnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline