Kehidupan malam selalu identik dengan dunia nakal, dunia penuh kesuraman tapi malam adalah dunia para pemberontak. Hidup dengan kesunyian dan mencoba bangun disaat oranglain terlelap. Dunia malam adalah dunia yang paling asik untuk dilucuti, direnungi dan dinikmati, sebab malam bukan soal kelam dan terang. Tapi hidup diam-diam dengan alam pikir yang sangat liar, malam adalah dunia yang asik untuk para manusia so asik. Duduk melingkar di pinggir jalan ditemani kopi hitam sambil berdiskusi ria adalah sebuah kenikmatan yang sangat indah.
Hidup ditengah malam memang tidak sehat untuk tubuh kita, tapi sehat untuk isi kepala yang sudah ruwet dengan rumitnya kehidupan siang penuh kebohongan. Malam adalah waktu paling pas untuk mencumbui alam pikir dan alam semesta, meng skeptiskan kehidupan yang terjadi di dunia. Malam untuk sebagian orang adalah obat, cara mereka lari dari dunia yang fana, tanpa harus memberi senyuman palsu.
Di siang hari para politikus dan para pejabat memamerkan senyuman kebohongannya, memberi keputusan yang kadang hanya untuk kepentingan segelintir orang. Maka malam adalah moment pas mencurahkan kekecewaannya dengan keadaan yang ada.
Ada bapak-bapak yang sedang meronda sambil bermain gapleh tertawa lepas bersama teman-temannya melupakan sejenak siang yang penat memikirkan duniawi yang kadang menguras batin dan pikiran. Atau ada para mahasiswa yang duduk dipinggiran trotoar sambil menyeruput kopi satu gelas, sedang komat-kamit , berdiskusi tentang kebijakan pemerintah.
Ada ibu-ibu warung kopi yang sedang menunggu dagangannya mencoba mencari rejeki pada pengendara yang berlalu lalang dimalam hari walau sangatlah jarang dirinya mencoba mengadu nasib dengan sang malam. Malam bukan soal gelap dan terang tapi banyak orang-orang yang mengadu nasib didalam dunia gelap itu, mengadu nasib di dunia yang tak pasti.
Apalah arti malam dan kelam jika hanya menjadi sebuah slogan belaka, padahal dibalik malam ada beberapa manusia yang sedang mengadu nasibnya. Siapa kita yang berani melabeli malam dengan dunia kelam, padahal kita tidak pernah tau dibalik kisah sang malam. Katanya dunia malam adalah dunia yang paling kejam dan keras, banyak orang yang tidak waras berlalu lalang di dunia malam.
Padahal mereka tidak tahu mengapa saat malam, orang-orang menjadi tidak waras. Mari biarkan mereka yang mencumbu malam tanpa harus melabelinya dengan keras, sebab kita bukan tuhan yang tahu seluruh hidup manusia sehingga punya hak melabelinya. Malam akan tetap menjadi malam yang indah, dan siang akan tetap menjadi siang yan ramai. Tidak ada yang istimewa dengan malam dan siang, sedang hanya nasib manusia yang membedakannya.
Ada rasa yang tak bisa diutarakan ada rasa yang dipendam ada rasa yang harus disunyikan dan diteriakkan. Malam akan tetap menjadi teman diskusi para mahasiswa, malam akan menjadi tempat asik untuk bapak-bapak yang maen gapleh sambil ronda, malam akan menjadi tempat mencari nafkah untuk ibu-ibu yang menjajakan kopi, atau tukang nasi goreng dan pecel lele. Malam hanyalah perpindahan matahari saja, cukup, mengapa harus melabeli manusia yang pergi dan pulang malam padahal tidak pernah tahu maksud dan tujuannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H