World Cleanup Day bisa disebut hari bersih-bersih sedunia sebagai aksi sosial global yang mengajak masyarakat di seluruh dunia untuk turut membersihkan dan menjaga kebersihan bumi yang bertujuan untuk mengurangi masalah limbah padat dan sampah laut.
Aksi ini merupakan acara global terbesar di bawah organisasi independen Let's Do It World (LDIW). Melibatkan lebih dari 150 negara, setiap negara yang terdaftar akan memiliki koordinator yang bertugas untuk menghimpun, mengajak masyarakat, dan mengatur berjalannya acara di negaranya untuk memetakan tantangan dan penyelesaian masalah limbah yang kurang dikelola secara tepat.
World Cleanup Day dimulai pada tahun 2019 di seluruh dunia yang dilaksanakan minggu ketiga september. Ini juga adalah moment berharga untuk mengkampanyekan pentinggnya menjaga lingkungan. Tapi nyatanya di lapangan World Cleanup Day bukan diperingati sebagai moment memecahkan masalah sampah, tapi hanya sebagai ajang poto dan selfie saja tanpa menjawab persoalan sampah sebenernya.
Hanya sebagai moment buat menarik eksistensi saja, World Cleanup Day menjadi tidak penting, apalagi jika yang melaksanakannya sekelas pemerintah. Haruskah persoalan buang sampah pada tempatnya adalah murni kesalahan masyarakat? Bagaimana ketersediaan Tempat Penampungan Sampah Sementara di Desa-desa?. Buang sampah pada tempatnya saja tidak akan menjawab permasalahan sampah dari akarnya. Hanya proses pemindahan sampah dari pemukiman, pasar dan area lainnya ke Tempat Pembuangan Akhir.
Tapi tidak menjawab dalam mencemari lingkungan secara global. Yaaa dengan buang sampah pada tempatnya lingkungan akan terlihat rapi dan bersih tapi sampah akan tetap menumpuk di TPA. Bagaimana mungkin masyarakat akan sadar dalam menjaga lingkungan sedangkan pemerintah belum memberikan solusi untuk pengolahan sampah itu sendiri.
World Cleanup Day juga hanya sebagai ajang selfie dan poto bersama, dimana hanya tim orange yang melakukan bebersih, sisanya diam dan duduk manis tanpa membantu. Hanya sebagai formalitas berkegiatan untuk dilaporkan kepada atasan. Sebuah acara seremonial yang diadakan satu tahun sekali. Tapi nasib sampah tetap sama, tidak ada perubahan.
Padahal World Cleanup Day mempunyai tujuan yang jelas yaitu memetakan tantangan dan penyelasaian masalah limbah yang dikelola secara tepat. Alangkah baiknya jika acara World Cleanup Day dilakukan dengan pemetaan permasalahan sampah ditingkat pemerintah dan bagaimana solusinya ketimbang hanya bebersih dan foto bersama saja. Mengkampanyekan pemilahan sampah dari rumah selama enam bulan berturut-turut di dukung oleh pemerintah setempat sampai tingkat RT.
Esensi World Cleanup Day jadi berubah menjadi ajang ceremonial saja, padahal para aktivis lingkungan mengharapkan agar masyarakat sadar termasuk pemerintah tentang bahaya pencemaran lingkungan limbah padat yang dikelola tidak baik. Tentu saja kesadaran masyarakat perlu dibentuk bukan hanya sekali dalam setahun atau mengharapkan keajaiban akan terbentuk hanya dalam sehari saja.
Tentu saja ini tidak dapat dilakukan jika semua tidak bekerjasama dalam menanganinya, masayarakat, aktivis lingkungan dan pemerintah harus bekerja sama dalam memecahkan masalah sampah jika memang peduli terhadap lingkungan. Tentu saja di dorong dengan menyediakan fasilitas yang memadai, tanpa alasan mahalnya alat penghancur sampah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H