Lihat ke Halaman Asli

Royal Rumble: Century Vs HMI Vs Densus 88 & Dulmatin

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ibarat pertandingan gulat, royal rumble, satu arena, tak ada kawan yang ada hanyalah musuh. Sama halnya dengan pemberitaan media massa, yang lebih kuat dan populer, itulah pemenangnya. Pertarungan ini pun tak lepas dari rangkaian pemberitaan aktor yang berlaga, Century dengan Pansus-nya, HMI dengan solidaritasnya, dan Densus 88 dengan Dulmatin-nya.

Bagi masyarakat yang sangat paham dengan pemberitaan yang terjadi di media massa, pastinya akan tersenyum dengan jalannya pertandingan ini. Ibarat pertandingan gulat, seluruh aktor yang tampil di media massa akan tetap menjadi pemenang jika mereka masih tegak berdiri di panggung hingga tak ada penantang lagi. Dan seperti itulah dinamika yang terjadi pada media kita sekarang.

Dimulai dengan aksi gagahnya tim Pansus Century, yang dengan kewenangannya dapat memanggil dan memintai keterangan dari beberapa orang penting negeri ini. Hingga aksi ini pun dilanjutkan dengan drama berseri yang cukup panjang hingga berminggu –minggu mewarnai panggung media massa nasional. Menutup aksinya, bola panas pansus dioper ke Paripurna DPR yang cukup mengundang kontrofersi dan kritikan, hingga terputuskanlah Opsi C menjadi senjata pamungkasnya.

Harusnya kejelasan Opsi C – sebagai pamungkas Pansus – mendapat perhatian lebih di masyarakat tentang kelanjutannya, namun pamungkas itu pun tak cukup ampuh. Kasus Century pun mulai terkubur dan kalah heboh dengan aksi mahasiswa (anarkis) di Makassar, yang kabarnya ada oknum polisi yang merusak kantor HMI Makassar. Spontan mendengar berita itu, aksi mahasiswa di seluruh Indonesia,khususnya HMI mulai memanas. Atas nama solidaritas, HMI mulai turun kejalan menentang sikap polisi yang represif dalam menangani aksi demo Makassar, hingga menuntut Kapolda Sulselbar beserta Kapolwiltabes Makassar dicopot. Pada babak itu, polisi tersudut.

Ada satu hal menarik dalam sesi ini, dalam hitungan minggu, mungkin kurang dari itu, aksi mahasiswa dengan mudahnya beralih isu dan tuntutan, mulai dari Kasus Century ke Kasus HMI. Dan hebatnya, kedua aksi tersebut sama – sama keras dan panas.

Kembali ke pertandingan, kuatnya aksi HMI ternyata tidak cukup kuat untuk menarik perhatian media. Kasus HMI ditinggalkan, karena Densus 88 dan Brimob sedang naik panggung dengan aksinya melawan teroris di Aceh dan Pamulang.

Kehebatan Den 88 beserta Brimob di Aceh dan Pamulang terdengar nyaring di media nasional dan mungkin internasional. Gagahnya Den 88 semakin sempurna dengan keberhasilannya ketika berhasil menembak mati teroris yang paling di cari dan berpengaruh, Dulmatin. Pada babak ini, kepolisian dan Den 88 khususnya mendapatkan nilai A atas aksinya, dan masih menjadi headline di berbagai media.

Jalannya pertandingan ini pun rasanya belum selesai, karena akan selalu ada pemenang dan penguasa panggung media yang lebih kuat. Namun, hingga saat ini Densus 88 dengan Dulmatin-nya lah yang masih menjadi pemenang. Sampai saat ini, media masih menunggu penantang baru yang lebih kuat dalam mendominasi media massa hingga terbentuknya opini publik yang absolut, dan memang sepertinya babak ini tidak akan pernah selesai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline