Lihat ke Halaman Asli

Aksi Mahasiswa Kalah Pamor dengan Aksi Densus 88

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hangatnya berita yang disiarkan di media massa lebih banyak memberitakan drama penangkapan teroris di Pamulang dan Aceh, dibanding aksi mahasiswa dan kelanjutan kasus Century. Media massa melihat aksi penangkapan teroris dan jaringannya lebih menarik dibanding aksi demo yang makin keras dilakukan. Kejadian ini merupakan cerminan bahwa masyakat sudah bosan dengan aksi demo yang yang keras dilakukan oleh solidaritas aksi mahasiswa.

Pamor Densus 88 dan Brimob saat ini mungkin sedang berada diatas angin. Kehebatan tersebut terlihat dengan hebatnya pasukan Densus dalam baku tembak antara polisi versus teroris. Berbalik dengan keadaan sebelumnya, aksi mahasiswa yang begitu keras dan cenderung tidak tertib menjadi headline dan berita hangat di beberapa media, terutama ketika mahasiswa mulai mengecam aksi oknum kepolisian dan menuntut Kapolda Sulselbar dan Kapolwiltasbes Makassar dicopot.

Dalam kasus Makassar, Polisi mungkin menjadi pihak yang paling disudutkan oleh Mahasiswa, meskipun keadaan di masyarakat tidak bisa dipastikan, namun cenderung masyarakat mengecam aksi mahasiswa yang anarkis dan tidak beretika. Sekarang, pamor polisi terkhusus Densus 88 dan Brimob terlihat lebih baik, terkait dengan penggrebekan teroris di Pamulang dan Aceh, yang melihatkan aksi heroik aparat kepolisian.

Dari pandangan singkat diatas, akan dapat disimpulkan secara umum bahwa, masyarakat lebih senang dengan situasi antara pemerintah, aparat, dan masyarakat yang secara bersama – sama memerangi terorisme yang telah menjadi musuh bersama, dan secara bersama – sama pula mengontrol, mewaspadai, dan menjaga hal – hal yang mengancam keamanan wilayah dan negara. Dilain situasi, hal tersebut berbanding terbalik dengan situasi dimana masyarakat, aparat dan pihak – pihak lain saling bentrok dan berujung pada anarkisme yang meresahkan mayarakat, pada kondisi itu masyarakat tidak menaruh simpati sedikitpun dengan kejadian itu dan cenderung mengecam.

Jadi, kita dapat menilai hanya denganmelihat kondisi yang ada di lapangan secara jelas, tentang apa yang masyrakat suka dan tidak suka. Bukan bermaksud untuk men-generalisasi keadaan, dan bermaksud melemahkan aksi mahasiswa, namun itulah yang terjadi di lapangan. Rakyat butuh aman, rakyat butuh tentram, dan rakyat butuh makan. Sederhana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline