Lihat ke Halaman Asli

Dampak Pasar Modern terhadap Pasar Tradisional

Diperbarui: 29 Oktober 2023   22:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Finansial. Sumber ilustrasi: PEXELS/Stevepb

Oleh
Asti Diah Maharani
Dosen Pengampu : Puput Iswandiyah Raysharie,SE., ME
Pengantar Ekonomi Mikro, Universitas Palangka Raya

Pendahulan
Supermarket modern, hypermarket, dan minimarket, yang sedang disambut oleh banyak kelompok, telah menggantikan pasar tradisional di negara ini. Menurut hasil penelitian oleh A.C. Nielsen (2005), pasar modern Indonesia tumbuh sebesar 31,4% per tahun, sedangkan pasar tradisional Indonesia menurun sebesar 8% per tahun. Temuan Kementerian Koperasi dan UKM dengan PT Solusi Dinamika Manajemen (2005) menunjukkan bahwa pasar kontemporer telah melampaui pasar tradisional. Perbedaan utama antara pasar modern dan pasar tradisional adalah nilai daya beli yang menurun. Hasil dari studi Solfres (2002) tentang perbandingan antara pasar tradisional (pasar basah) dan pasar modern di Hong Kong juga menunjukkan bahwa meskipun pasar tradisional terus mendominasi, ada penurunan jumlah konsumen pasar tradisional.

Penurunan tenaga kerja pasar tradisional sebagian besar disebabkan oleh hadirnya kerja pasar modern. Hampir semua pasar tradisional Indonesia disiksa oleh masalah pasar internal, seperti manajemen pasar yang buruk, penjualan dan keuntungan yang sangat rendah, pasar tradisional berfungsi sebagai alasan untuk tindakan balas dendam, kehadiran pedagang kaki lima (PKL) yang menghalangi peserta pasar reguler, dan kekurangan dana yang tersedia untuk pasar tradisional. Trend ini tidak secara signifikan mempengaruhi pasar modern. (Suryadarma et al, 2007). Penelitian lebih lanjut oleh Suryadarma et al. (2007) menunjukkan bahwa kehadiran supermarket memiliki efek negatif pada upah dan kontribusi pekerja pasar tradisional. Namun, secara kuantitatif, tidak ada bukti dampak nyata. Penurunan pasar tradisional lebih mungkin disebabkan oleh faktor internal yang mengakibatkan penurunan harian dibandingkan dengan pasar modern. Selain itu, perlu dicatat bahwa pasar tradisional yang berada dekat dengan supermarket terkena dampak yang lebih buruk dibanding yang berada jauh dari supermarket. Demikian pula hasil penelitian Sulistyowati (1999) tentang persaingan pasar tradisional dan pasar swalayan berdasarkan pengamatan perilaku berbelanja di Kotamadya Bandung, menunjukkan bahwa dari beberapa indikator persaingan yang dianalisis dari perilaku berbelanja masyarakat dan karakteristik pasar tradisional dan pasar swalayan diketahui bahwa kehadiran pasar swalayan yang tumbuh dengan pesat belum sepenuhnya mampu menggantikan peran pasar tradisional.

Tujuan dari studi ini adalah untuk memahami kondisi pasar tradisional berdasarkan perilaku konsumen, karakteristik produk/komoditas, dan harga; untuk mengidentifikasi dampak penjual ritel modern (Indomaret dan Alfamart) pada kondisi kerja karyawan di pasar tradisional, berdasarkan biaya tenaga kerja, pendapatan karyawan, dan faktor-faktor lainnya; dan untuk mengenal pasti prinsip-prinsip pemberdayaan ritel yang dapat diterapkan pada penjual pasar tradisional.

Metode

Artikel ini adalah jenis artikel deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan perilaku pasar tradisional, dengan mempertimbangkan pengaruh pasar modern (Alfamart dan Indomaret), sehubungan dengan gaji, manfaat, dan jumlah hari kerja karyawan pasar tradisional. Pasar yang dipilih adalah yang memiliki tingkat kontribusi tertinggi. Di sisi lain, satu-satunya label modern yang diidentifikasi dalam penelitian ini adalah Indomaret dan Alfamart, yang jumlahnya hampir identik dengan yang di setiap pasar tradisional.

Metode pengumpulan data dilakukan melalui studi dokumen yang komprehensif untuk menentukan pengetahuan yang dimiliki guru tradisional tentang penggunaan dan kondisi pasar saat ini serta keyakinan yang terkait dengan kegiatan mengajar. Di sisi lain, teknik analisis data menggabungkan metode kuantitatif dan kualitatif. Metode kuantitatif menggunakan Uji Sampel (Uji Beda Sampel Berhubungan) untuk menilai kelembaban sebelum dan berdasarkan keberadaan pasar tradisional. Di sisi lain, metode kualitatif digunakan untuk menggambarkan karakteristik pasar tradisional dan modern dan menilai kinerja mereka berdasarkan hasil masing-masing.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Kondisi Pasar Tradisional Dilihat Dari Aspek Konsumen

Konsumen di pasar tradisional didominasi oleh konsumen toko atau warung sebesar 40,7%, yaitu konsumen yang membeli barang/komoditas di pasar tradisional untuk dijual kembali. Konsumen terbesar berikutnya adalah konsumen rumah tangga yaitu 37,3%, berikutnya pedagang kelilik sebanyak 15,3% dan konsumen lain yang tidak bisa diidentifikasi oleh pedagang (pembeli insidental). Demikian pula jika dilihat dari nilai transaksi, menunjukkan kondisi yang tidak berbeda, dimana konsumen toko/warung memiliki kontribusi nilai rata-rata transaksi terbesar (43,4%) dibandingkan nilai transaksi konsumen rumah tangga (33,5%) dan pedagang keliling (16,4%). Jika nilai transaksi toko/warung/pedagang keliling sebagai konsumen pengecer digabung, maka rata-rata nilai transaksi konsumen rumah tangga di pasar tradisional hanya sepertiga dari total transaksi di pasar tradisional.

Kondisi pasar tradisional sebagian besar didasarkan pada produk / komoditas

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline