Lihat ke Halaman Asli

Astya Panggulu

SOCIAL WORKER

Daftar Haji, Warga Andong Mengundurkan Diri dari PKH

Diperbarui: 23 Januari 2020   14:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

Juminem adalah warga di Dukuh Setrowijo Rt 33/01 Desa Kadipaten Kecamatan Andong Boyolali.  Tinggal dirumah yang sangat sederhana bersama dengan suami dan seorang anak laki-laki yang sekarang masih sekolah SMP.  Bertani dan buruh serabutan menjadi pekerjaan juminem dan suami setiap hari. Mereka berjuang bersama-sama dari nol untuk mencukupi kebutuhan keluarga, menyekolahkan anak, dan hingga akhirnya bisa membeli sawah untuk di tanami jagung dan padi.  Menurut pengakuan Juminem, ia sudah lama mendapatkan bantuan beras jadi tinggal memikirkan lauk pauknya saja. Selain Beras dan PKH, Juminem juga mendapatkan bantuan dari pemerintah berupa KIS dan KIP untuk anaknya.

Pada tahun 2018, ia mendapatkan bantuan PKH. Kehidupan keluarganya semakin terbantu. Manfaat yang ia terima jika sepatu anaknya rusak maka bisa dibelikan dari uang PKH, beli bensin buat antar jemput anaknya sekolah, dan juga memberikan uang saku sekolah untuk anaknya.  Untuk biaya sekolah anaknya gratis sejak SD dan SMP. Bantuan dari PKH memang tidak bisa mereka kumpulkan untuk ditabung, Sehingga hasil panen itu yang  digunakan untuk mencukupi kebutuhan mereka setiap hari dan sedikit-demi sedikit dikumpulkan dengan kecermatan serta ketelitian .  

Pada tanggal 23 Desember 2019 saat kegiatan P2K2 Pendamping Sosial Fajar Catur Cahyono memberikan pemahaman kepada peserta PKH yang hadir terkait dengan kepesertaan PKH dan motivasi terkait keikhlasan hati. Dari kegiatan P2K2 tersebut,  Juminem mengaku ingin mengundurkan diri dari PKH. Ia bercerita bahwa sudah mendaftar haji dengan suaminya. Biaya yang dipergunakan untuk mendaftar haji dengan menjual sebagian sawah yang dimilikinya. Meskipun nanti hasil panen berkurang, tapi itu tidak menjadi masalah bagi Juminem dan suami. Karena mereka ingin menabung untuk di akhirat. 

Juminem tidak merasa bahwa dirinya sudah tidak pantas mendapatkan bantuan namun ia merasa bahwa keluarganya sudah cukup mampu tanpa bantuan dari pemerintah. Dia percaya bahwa bantuan bisa datang darimana saja, lewat siapapun, dan dari arah yang tidak terduga sekalipun. Dia juga merasa bahwa masih ada disekelilingnya yang lebih membutuhkan bantuan. Juminem memiliki harapan besar, dengan mundurnya ia dari kepesertaan PKH maka disekitarnya yang status ekonomi dibawahnya bisa masuk mendapatkan bantuan PKH.

Rumahnya memang masih nampak sangat sederhana, namun tak sesederhana hatinya yang ikhlas untuk lepas dari bantuan pemerintah dan berdaya secara mandiri untuk kehidupannya.

"sebenere nggeh kirang mawon mbak, tiyang niku nek dituruti kan ngoten niku. Seng gadah duit milyaran nggeh mboten daftar haji mboten nopo-nopo, kulo mpun niat kalih bapak mbak, lan kulo ikhlas mboten teng PKH melih  (sebenarnya ya kurang saja mbak kalau dituruti, karena manusiakan memang seperti itu. Yang banyak uang sampai milyaran saja tidak mendaftarkan haji tidak masalah, tapi saya sudah niat dengan bapak mbak, dan saya ikhlas tidak menerima bantuan PKH lagi" begitulah yang disampaikan oleh Juminem saat kunjungan Peksos Supervisor dengan Pendamping Sosial kerumahnya pada tanggal 26 Desember 2019.

Dok. pribadi

Ikhlas adalah kata yang mudah diucapkan namun sulit dalam pelaksanaan. Sulit tidak hanya dalam pelaksanaannya saja, melainkan dalam mendefinisikan dan mengukurnya juga. Dalam Alquran Ikhlas digambarkan seperti susu yang berada pada tubuh binatang. Walaupun keberadaannya di antara dua kotoran yaitu darah dan tahi, namun tetap bersih (khaalish) dari pengaruh keduanya. "Dan sesungguhnya pada binatang ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberimu minum dari pada apa yang berada dalam perutnya (berupa) susu yang bersih (Khaalish) antara tahi dan darah, yang mudah ditelan bagi orang-orang yang meminumnya". (QS an-Nahl [16]: 66)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline