Lihat ke Halaman Asli

Hasto Suprayogo

Hasto Suprayogo

Jogja Istimewa dan Kampanye Politik Bajakannya

Diperbarui: 15 Januari 2019   15:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cuitan Marzuki Mohamad soal bajakan lagunya

Sebuah video viral di social media tanah air. Sekelompok ibu-ibu, sebagian besar di antaranya berkerudung merah putih bergerombol menyanyikan sebuah lagu. Jogja Istimewa judulnya, namun dengan lirik yang sudah diubah. 

Di mana di bagian reff ditambahkan kalimat-kalimat dukungan ke pasangan calon presiden dan wakil presiden no 2; Prabowo & Sandiaga Uno.

Video tersebut ramai disebar di media sosial dan beredar pula di grup whatsapp. Setidaknya demikian yang saya temui sejauh ini.

Tentunya yang punya lagu, pencipta dus penyanyi aslinya geram. Adalah Marzuki Mohamad, alias Kill the DJ sang empunya lagu mbengok di twitter dan Instagram. Dengan pisuhan khas Jogjanya, founder Jogja Hiphop Foundation ini menyebut pihaknya tidak pernah dimintai ijin atau bahkan diberitahu soal penggunaan lagu ini untuk materi kampanye paslon no 2 tersebut.

Marzuki lanjut menyebut dirinya dan masyarakat Jogja umumnya tidak terima dengan aksi penjiplakan lagu sekaligus perubahan lirik untuk kepentingan politik. Dan, dia pun mengancam akan membawa persoalan ini ke ranah hukum.

Saya tidak akan masuk ke point politisasi lagu tersebut, juga tak akan berkomentar perihal potensi hukumnya. Saya hanya ingin menyoroti soal begitu gampangnya sebagian kita melakukan pembajakan dan menafikkan hak karya intelektual intelektual orang lain.

Sebagai seorang praktisi desain kreatif serta penulis, saya mengalami sendiri apa yang disebut sebagai pembajakan. Tidak sekali dua saya temukan desain saya---ikustrasi vector---khususnya dijiplak mentah-mentah dan digunakan untuk kepentingan komersil.

Beberapa kali saya temukan cover buku memakai desain saya, dan saya baru tahu saat mengunjungi toko buku Gramedia. Tak ada ijin, atau bahkan notifikasi saja dari penerbit bersangkutan. Padahal pastinya, sebagai pelaku bisnis, mereka tahu soal hak cipta dan menangguk keuntungan dari pembajakannya.

Kembali ke lagu Jogja Istimewa, saya paham atas kemarahan Marzuki Mohamad. Bagaimana sebuah lagu yang diciptakannya tidak dengan gampang, dicomot dan diubah seenaknya, dan ujungnya dipakai kampanye politik. Untuk paslon yang jelas-jelas bukan pilihannya pula. Ini ibarat tamparan dobel di pipi kanan kiri.

Saya bisa membayangkan kegondokkannya. Karena bagi kami pelaku industri kreatif, sebuah karya bukan hanya hasil keisengan semata. Ia adalah anak pikir, buah intelektual, yang dicipta dengan asa, rasa dan kerja keras. Ndak kaya orang ke toilet lalu plung lap semata. Selain itu, tentunya ada perkara potensi material di dalamnya.

Mungkin para pembajak tak menyadari hal ini. Mungkin mereka tahu namun memilih tak peduli. Mungkin pula mereka sengaja acuh dan masa bodoh.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline