Beberapa waktu lalu kami menonton sirkus. Jujur, ini kali pertama saya nonton sirkus, secara langsung. Sebuah pengalaman menarik. Namun, di luar menariknya sirkus sebagai tontonan, entah kenapa saya justru terbersit sirkus sebagai refleksi hidup.
Dalam sirkus selalu ada ringmaster, yang memainkan peran pemimpin rombongan, pemandu acara sekaligus pengatur ritme pertunjukan. Hal serupa ada dalam hidup keseharian kita. Di keluarga, di lingkungan sosial, atau pekerjaan, akan selalu ada dan butuh selalu ada yang memainkan peran serupa. Peran pemimpin, pengatur, koordinator dan pemandu kebersamaan.
Kadang kita diberi kesempatan menjalani peran rigmaster macam ini.Kadang kita berharap diberi kesempatan ini. Seringnya, orang lain yang diberi kesempatan ini. Tak jarang kita berebut mendapatan kesempatan ini.
Dalam sirkus, ada yang bermain tali. Merambatinya pelan naik ke atas. Menggenggamnya erat, menarik tubuh, melawan gravitasi, untuk menanjak. Kadang di pertengahan jalan, tali akan bergulung, membelit atau bahkan berayun.
Begitu pula hidup. Kita berlomba mendorong diri, memanjati temali kehidupan. Menuju atas, menaiki jenjang karir, meraih kemajuan. Kadang jalur itu tak lancar, kadang ia berbelit, kadang pula ia berayun dan memaksa kita turut atau bahkan berpindah menggenggam temali lain.
Dalam sirkus ada pemain keseimbangan. Biasanya berpasangan. Dua sosok, saling mendukung, saling menguatkan. Kadang satu di bawah, lainnya bertopang di atasnya. Namun keduanya adalah pasangan.
Begitu juga hidup. Kita selalu butuh manusia lain untuk berpasangan. Kita butuh dukungan, dorongan, sandaran untuk bisa menjulang. Kadang kita tak sepaham, namun lewat komitmen, kita bisa terus sejalan.
Di sirkus ada pemain roda baja bertopang di ketinggian. Di dalam roda itu dia berlarian, berputaran, berloncatan ke depan balik ke belakang. Kadang di membuka mata, tak jarang lompatan dilakukan dengan pandangan terpejam. Hanya berpegang pada keimanan.
Begitu pula hidup. Dia ibarat roda yang terus berputar, dan kita di dalamnya berlarian. Berusaha mengikuti putaran, terkadang mempercepat rotasinya, namun seringpula tersengal kelelahan dibuatnya. Kadang kita hanya berjalan penuh kepastian, di lain waktu kita kita hanya mengalir berdasar keyakinan.
Di sirkus ada joker sang badut pelawak.Dia bepakaian unik dan bertingkah konyol. Sering geraknya canggung, gesturnya nanggung dan perkataannya kurang nyambung. Fungsi membuat penonton tertawa, dan kita senang dibuatnya.
Begitu juga hidup. Kadang kita menertawakan orang lain. Tingkah mereka, gaya hidup mereka, pandangan mereka atau bahkan tak jarang tampilan lahir mereka. Namun sering kita lupa, sebegitu kita bisa menertawakan mereka, sebegitu bisa pula kita ditertawakan oleh lainnya. Kita anggap orang lain badut tanpa sadar bahwa kita bisa jadi badut bagi orang lain.