Sosok KH Abdurrahman Wahid, atau akrab disapa Gus Dur, nampaknya tak akan pernah lekang oleh waktu. Meski sudah hampir 8 tahun sejak kepergiannya, semakin lama, semakin terasa signifikasi pemikiran dan perjuangannya bagi bangsa Indonesia. Apalagi dengan tren belakangan dimana intoleransi dan politik identitas berbasis agama dan isu-isu SARA semakin mengental. Momen haul Gus Dur sewindu ini amat tepat untuk kita bersama berefleksi tentang makna berbangsa Indonesia.
Memaknai Gus Dur bisa jadi kompleks, namun bisa pula sederhana. Gus Dur banyak dipahami sebagai manusia multitalenta sekaligus multitafsir. Memaknai Gus Dur, khususnya dalam konteks kebangsaan mungkin bisa kita mulai dengan memaknai 9 nilai utama Gus Dur. Kesembilannya adalah sebagai berikut:
Ketauhidan
Ketauhidan adalah dasar setiap langkah kehidupan manusia. Pengakuan akan keesaan Tuhan menjadi spirit manusia dalam berpikir, berucap dan bertindak. Tidak hanya berhenti dalam ucapan atau teriakan, namun musti melandasi setiap helaan nafas.
Belakangan marak kelompok-kelompok masyarakat yang amat fasih meneriakkan nama Tuhan di muka publik, namun nuansa kemarahan, penghakiman dan intoleransi kental terasa. Ketauhidan macam ini tentunya bukan ketauhidan yang diperjuangkan Gus Dur. Ketauhidan yang diperjuangkan Gus Dur mustinya mengejawantah dalam sikap dan tindakan yang penuh cinta kasih, penuh pemahaman, penuh kewelasan terhadap setiap manusia apapun perbedaan yang dimiliknya.
Kemanusiaan
Dari Gus Dur kita bisa belajar memaknai kemanusiaan secara menyeluruh. Memandang bahwa setiap manusia adalah mahluk ciptaan Tuhan yang sama. Bahwa semua atribut fisik dan psikis yang melingkupinya yang bisa jadi beda antar kita tak semestinya menjadi penghalang untuk memandang dan memperlakukannya sepatutnya sebagai manusia. Ketika sekarang banyak diskriminasi 'hanya' karena perbedaan, mustinya kita berefleksi bahwa di balik semua perbedaan itu, lebih banyak persamaan yang menyatukan kita. Persamaan sebagai manusia.
Keadilan
Tak akan ada kehidupan yang layak bagi manusia tanpa adanya keadilan. Keadilan bukanlah sesuau yang taken for granted, namun musti diperjuangkan. Dalam konteks bermasyarakat dan berbangsa, memperjuangkan keadilan adalah tantangan terbesar Indonesia. Konflik antar kepentingan, antar kelompok, antara mayoritas dan minoritas, seringkali melenakan kita untuk memperlakukan yang lain secara tidak adil. Gus Dur memberi contoh dengan keberaniannya untuk menanggung perjuangan menegakkan keadilan, meski dengan konsekuensi menghadapi cacian, hujatan, bahkan ancaman kekerasan fisik. Semua demi memberi contoh bagi anak bangsa bahwa keadilan, sekecil apapun wujudnya, menjadi fondasi kehidupan yang layak dan musti diperjuangkan.
Kesetaraan
Dari Gus Dur kita bisa belajar tentang memaknai kesetaraan. Tak hanya di lisan, namun dalam aksi perbuatan. Memandang dan memperlakukan orang lain, kelompok lain sebagai sesama mahluk ciptaan Tuhan yang mempunyai hak serupa kita. Di sinilah kesetaraan menemukan pembenarannya. bahwa menghormati hak dan memperlakukan yang lain setara adalah ekspresi paling jujur penghargaan kita akan sang Pencipta. Karena bagaimana kita bisa mengaku memuja sang Khalik jika kita menistakan ciptaannya hanya karena ia berbeda?