Lihat ke Halaman Asli

Hasto Suprayogo

Hasto Suprayogo

Saracen, Sisi Gelap Bisnis Digital Indonesia

Diperbarui: 3 Desember 2017   22:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saracen. Sumber: Tribunnews

Masih ingat kasus ujaran kebencian yang dilakukan secara masif oleh kelompok yang menamakan diri Saracen?

Bagi mereka yang terjun di bisnis digital, terungkapnya kelompok penyebar hoax Saracen mungkin tak terlalu mengejutkan. Beda dengan publik awam yang tidak bergelut di dalamnya.

Saracen, demikian kelompok ini menamakan diri, menawarkan jasa kampanye di dunia maya untuk klien-nya. Sekilas tak jauh beda dengan jasa yang ditawarkan digital agency lain, melainan satu, Saracen menggunakan strategi kampanye berbasis isu-isu SARA (suku, ras, agama dan antar golongan).

Sejauh penyelidikan polisi, tiga orang ditetapkan sebagai tersangka, sementara belasan lainnya masih diperiksa karena masuk daftar pengurus kelompok ini. Bahkan, 2 orang tokoh, seorang pengacara kondang dan seorang purnawirawan TNI, disebut-sebut namanya tercatat sebagai dewan penasehat Saracen--meski keduanya tegas membantah.

Di luar soal impikasi politik terungkapnya jaringan Saracen ini, saya melihatnya sebagai keniscayaan dalam dunia bisnis digital. Saracen sebenarnya menawarkan apa yang dibutuhkan banyak pihak, yaitu konten, infrastruktur resources teknis & manusia, jejaring sosial dan kerja nyata dalam persaingan kampanye digital saat ini, khususnya di dunia politik. 

Di luar soal isu SARA yang dijadikannya unique selling point, Saracen tak jauh beda dengan startup lain, namun lebih morally flexible--kalau boleh saya sebut demikian. Artinya, pertimbangan moral & etika bukanlah guidance utama orang-orang di balik Saracen.

Saracen, saya anggap sebagai perwujudan sisi gelap dunia digital kita. Dia ada namun seperti tak ada. Dia nyata namun samar adanya. Dia bekerja namun kita lebih nyaman menafikannya. Saracen, tak jauh beda dengan berbagai layanan judi online, prostitusi dunia maya, pornografi, jualan narkoba online atawa layanan-layanan illegal lainnya.

Jadi ketika seorang pembesar kepolisian menyebut Saracen hanyalah satu dari sekian banyak kelompok sejenis, saya manggut-manggut aja. Karena memang realitasnya demikian. 

Indikatornya gampang. Kalau Anda pernah mendapati akun-akun di media sosial yang berkomentar miring soal satu isu, menyerang satu pihak tanpa alasan jelas, mencerca, membully secara membabibuta, apalagi sampai menyangkut isu SARA, artinya Anda tengah menyaksikan kerja Saracen dan kawan-kawannya.

Karena simple saja, tak ada orang yang benar-benar mau menghabiskan waktu, tenaga, pikiran dan kuota internet untuk melakukan hal-hal absurd semacam itu, jika tidak ada keuntungan yang didapat--dalam hal ini keuntungan materiil.  

Mungkin satu dua mengkritik karena perbedaan ideologis, namun umumnya yang semacam ini menggunakan akun pribadi dengan identitas jelas. Namun ketika akun-akun yang digunakan abal-abal, anonimus atau samaran, bisa dijamin mereka adalah pelaku bisnis digital macam Saracen.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline