Banyak dari kita di Indonesia tak terlalu familier dengan istilah Brexit. Kalaupun sempat ramai diperbincangkan, kebanyakan publik tanah air mengenalnya sebagai Brebes Exit, khususnya paska kasus macet total puluhan kilometer saat lebaran tahun kemarin akibat kurang siapnya jalur tol Pejagan – Brebes.
Kali ini saya ingin bicarakan Brexit satunya lagi, yaitu Britain Exit, alias keluarnya Inggris Raya (United Kingdom) dari keanggotaan Uni Eropa (European Union). Seperti apa kondisinya, apa pemicunya, bagaimana perjalanan sejarahnya, serta bagaimana dampaknya ke depan, khususnya terkait kepentingan negara kita, Indonesia.
Apa Itu Brexit?
Brexit atau Britain Exit adalah terminologi yang digunakan untuk menyebut upaya pemisahan atau keluarnya United Kingdom (UK) dari keanggotaannya di European Union (EU). Istilah Brexit digunakan pertama kali oleh Peter Wilding, pendiri Centre for British Influence through Europe (CBIE), dalam sebuah artikel di EURACTIV, sebuah platform media yang memfokuskan diri pada publikasi tentang pembuatan kebijakan di Eropa.
Isu & Latar Belakang Brexit
Apa yang melatarbelakangi Brexit? Kita kita bertanya kepada publik Inggris, jawabannya bisa beragam. Namun, secara umum kita bisa membuat list alasan sebagai berikut.
- Isu Imigrasi
Bagi sebagian besar publik Inggris, pilihan Brexit umumnya dipicu soal imigrasi. Sebagaimana diketahui, sebagai konsekuensi keanggotannya di EU, Inggris Raya wajib memberlakukan kebijakan bebas keluar masuk (free movement of people) dari dan ke masing-masing negara anggota EU.
Di satu sisi, kebijakan ini memungkinkan kota-kota besar seperti London semakin maju, karena masuknya berbagai talent sumber daya manusia berkualitas dari berbagai negara untuk mengisi kebutuhan tenaga kerja di beragam industrinya, khususnya keuangan, teknologi dan jasa. Pelbagai perusahaan Inggris juga diuntungkan influx tenaga kerja yang menjadikan mereka tak kesulitan mencari pekerja dan menekan biaya karena relatif murahnya gaji pegawai.
Namun, di sisi lain, marakna pekerja asing, khususnya dari negara-negara Eropa Timur, seperti Polandia, Romania, menimbulkan berbagai konflik sosial, khususnya gesekan dengan warga lokal Inggris. Sudah jadi rahasia umum di sini, bahwa banyak warga lokal merasa terancam eksistensi-nya dengan membanjirnya imigran Eropa Timur, baik dari sisi kesempatan kerja, hunian, tunjangan (benefits) dari negara maupun perbedaan budaya.
Para pekerja asing ini rata-rata bersedia dibayar lebih rendah dan atau mengerjakan pekerjaan yang bagi banyak warga lokal Inggris tak cukup layak. Di bidang konstruksi, manufaktur, layanan pengelolaan sampah, dan banyak bidang yang membutuhkan kerja fisik, amat mudah ditemui pekerja dari Polandia, Spanyol Portugal atau negara Eropa lainnya dibanding pekerja asli Inggris.
Ada anggapan sebagian warga Inggris juga bahwa para imigran yang datang dan menetap di Inggris memanfaatkan layanan kesehatan serta menikmati berbagai benefit dari pemerintah. Mereka menganggap, layanan kesehatan (National Health Service) sepatutnya diprioritaskan untuk warga UK dan bukan orang asing.
- Isu Ekonomi
Isu ekonomi juga banyak disorot sebagai alasan Brexit. Sebagaimana diketahui, sebagai anggota EU, Uk harus mematuhi berbagai aturan ekonomi yang dibuat EU, dalam konteks single market. Di banyak sisi, konsep single market EU menguntungkan banyak bisnis di Inggris karena kelancaran prosedur, standar, modal, manusia dan sebagainya.
EU juga menjadi pasar nomor satu untuk produk-produk Inggris tanpa kendala tarif eksport maupun VAT. Begitu juga banyaknya institusi bisnis Eropa khususnya di bidang keuangan dan perbankan, yang memilih London sebagai pusat operasionalnya karena berbagai keunggulan yang ditawarkan ibukota Inggris tersebut.