Lihat ke Halaman Asli

Astatik Bestari

Astatik ketua PKBM Bestari Jombang Jawa Timur

Zuhud Muamalah

Diperbarui: 23 Mei 2023   11:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Awal tahun 2021 ini kita tidak saja diuji  dengan wabah Covid-19, tetapi juga bencana alam.  Di tengah wabah penyakit dan bencana alam ini,  kita tentu menginginkan menjadi penolong daripada orang yang ditolong.

Memberi pertolongan dalam akhlaknya memiliki kualitas ibadah yang tak mesti sama. Berikut ini saya ceritakan pengalaman saya mengaji radio ( karena mendengarkan pengajian lewat radio).

Seperti biasanya, pagi tadi saya juga masih suka nguping suami memutar radio pengajian KH Jamal. Kali ini yang dibahas tentang zuhud.

Contoh perilaku zuhud  misalnya ketika membeli barang harga Rp 25.000, orang yang  memiliki tingkatan kualitas zuhud akan membayar dengan harga lebih dari Rp 25.000,  bisa kelipatannya. Jika ia naik becak minta dibayar Rp 25.000, tingkatan  kualitas zuhud akan membayar 2x lipatnya.   Tidak bakal  dibayar pas, apalagi kurang bahkan menawar dulu.

Zuhud juga diaplikasikan dalam transaksi hutang piutang nampak pada perilaku mudah memberi hutang kepada orang lain, dan jika berhutang segera mengembalikan sebelum jatuh tempo.

Ada tulisan di pintu surga , bahwa memberi itu tidak lebih baik dari memghutangi. Pahala orang berderma itu sebanyak 10 kebaikan, sementara pahala orang yang memberi hutang 18 kebaikan.

Mengapa orang yang memberi hutang ini pahalanya lebih banyak dari orang yang berderma? Karena
1. Orang hutang pasti butuh, sementara orang yang diberi belum tentu butuh.
2. Orang hutang itu telah merendahkan dirinya untuk mendapatkan hutangan di depan orang yang dihutangi.

Nah, apa yang ada di pikiran kita kini?
Saya tebak, yang membaca tuntas catatan saya ini akan :

1. Mengingat-ingat berapa kali telah menolak orang yang mau berhutang
2  Mengingat- ingat siapa saja yang belum bayar utang kepada kita
3. Mengingat-ingat banyaknya hutang dengan pihak lain yang belum kita bayar
4. Menata hati agar hari esok tidak menolak lagi jika ada orang yang berhutang kepada kita.

Dalam era pandemi covid-19 ini sudahkah kita menolong orang lain ketika mereka benar-benar membutuhkan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline