Ing madya mangun karsa adalah salah satu prinsip kepemimpinan yang diajarkan Ki Hajar Dewantara. Pengertian prinsip tersebut adalah bahwa seorang pemimpin itu hendaknya mampu menjadikan dirinya sebagai orang yang mampu membangkitkan semangat berkreasi dan berswakarsa kepada anggota tim kerja yang dipimpinnya.
Salah satu wujud menerapkan prinsip kepemimpinan ini adalah, adanya sikap "wait and see" pemimpin dalam bekerja sama dengan tim kerjanya. "Wait and see" ini adalah cara pemimpin menyaksikan dan menilai kualitas kerja atau ide anggota tim kerjanya.
Kalau "wait and see" ini diterapkan, pemimpin tidak mudah menghakimi dengan asumsi yang kesannya tidak asik.
"Ah, biasa perempuan, lagi dapet, jadi emosinya tidak stabil..." Tanggapan ini kesannya memahami perempuan, tapi meminggirkan objektivitas dalam menerima ide, pendapat, dan tanggapan anggota tim kerja dari jenis kelamin perempuan. Perempuan juga bisa berpikir dan bertindak cerdas walaupun sedang "dapet".
"Kita fleksibel saja, jangan saklek dalam menerapkan SOP penerbitan sertifikat!" Belum tahu alasan anggota tim kerja yang konsisten menerapkan SOP, eh sudah dihakimi saklek.
Tunggulah, apa alasan anggota tim kerja menerapkan SOP secara konsisten, memberi penilaian saklek bisa menggembosi semangat menghormati aturan bersama.
Kalau masih dalam tataran ide dan komitmen, pimpinan sudah berasumsi bakal menghasilkan kerja yang tidak baik dari anggota tim kerjanya dan berdampak tak baik dalam komunitas, bagaimana bisa enjoy anggota tersebut dalam bekerja?
Jangan-jangan nanti ditebak lagi, "dapet" saat anggota tim kerja perempuan menyampaikan keberatan atau memberi pendapat yang tidak sesuai dengan kemauan pimpinan.
Jangan-jangan nanti dianggap saklek, saat anggota tim kerja berkomitmen menerapkan SOP kerja secara konsisten. Bukankah SOP dibuat untuk mengatur kerja sehingga proses bisa dilalui dengan perhitungan matang?
Sikap "wait and see' ini patut juga diterapkan oleh guru saat menjumpai murid yang memiliki ide gagasan dan gaya belajar yang berbeda dari yang disampaikan guru atau yang dikerjakan teman-teman sebayanya. Lihat dulu apa yang akan dilaksanakan, apa yang mampu ia jelaskan dari ide gagasan tersebut. Guru seyogyanya tidak terburu menilai murid tersebut menyalahi kaidah belajar yang sudah diajarkan.
Guru membiarkan murid berkreasi, dan melihat hasilnya.Kalau hasilnya masih dalam kaidah-kaidah ilmu pengetahuan yang disajikan guru, layak diapresiasi dan dihargai hasil kreasi murid tersebut. Jika hasil kreasinya tidak sesuai dengan ilmu pengetahuan yang diajarkan guru, barulah guru mengarahkan.
Bijaksana jika pemimpin menjauhkan diri dari underestimate kepada anggota tim kerja yang punya ide, pendapat, dan harapan untuk kebaikan komunitas.