Lihat ke Halaman Asli

Astatik Bestari

Astatik ketua PKBM Bestari Jombang Jawa Timur

Prioritas Hidup

Diperbarui: 10 November 2022   07:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pandemi COVID-19 serasa lenyap tanpa bekas. Kita sudah bisa bertatap muka dengan orang-orang di sekeliling kita tanpa perantara jaringan internet. Oh, senangnya!

Meskipun demikian, cara kita melanjutkan aktivitas hidup tak bisa sama persis dengan sebelum pandemi COVID-19. Kita sudah dibekali vaksinasi, tetap menjaga jarak, pakai masker, dan menjaga kebersihan.

COVID-19 telah mengajarkan kita tentang menjaga kebersihan dan syukur nikmat atas kecanggihan teknologi. COVID-19-lah yang menjadi sebab kita mau belajar teknologi lebih serius dan memanfaatkan secepatnya.

Kini, kebiasaan kita memanfaatkan teknologi dalam berbagai kegiatan hidup, semestinya kita jaga meskipun banyak aktivitas hidup tidak didominasi oleh pemanfaatan teknologi.

Beberapa dari kita mungkin perlu adaptasi lagi. Dulu kita perlu adaptasi dari kurang peka memanfaatkan teknologi, menjadi  peka teknologi. Kini, kebiasaan bekerja dan melaksanakan tugas secara daring  masih tetap berlangsung. Bahkan menjadi kebiasaan baru. Kita memasuki masa bekerja di dunia nyata dan bekerja di ruang maya sekaligus.

Bekerja atau beraktivitas secara daring dan luring ini juga butuh waktu, tenaga dan pikiran. Kita semakin dituntut untuk cerdas, sehat, dan bijaksana mengelola prioritas kegiatan.

Saya sendiri pernah menulis status "Uripku Tak Setel Woles" di Facebook . Saya sebutkan dalam status tersebut, bahwa membuat prioritas kegiatan itu penting. Tak bijak kalau semua dikerjakan sendiri. Kasih hak istirahat untuk fisik dan psikis!

 Waktu kita 24 jam. Energi dalam diri kita terdiri dari karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, zat besi dan nutrisi lainnya. Di samping itu, semangat dan kekuatan kerja kita  juga berasal dari apresiasi, kasih sayang,cinta orang-orang sekeliling kita. Nah orang hebat seharusnya tahu bagaimana  mengolah semua energi itu dengan baik. Di tengah aktivitas hidup di dunia nyata dan maya tidak masuk akal kalau kita mampu kerjakan sendiri. Gempor lho ya?

Orang hebat itu menurut saya bukan yang bisa melaksanakan semua kewajibannya sendiri. Tugas kepentingan umum pun bisa didelegasikan. Tugas pribadi juga bisa diatur didahulukan atau dikerjakan kemudian.

 Saya mengatur hati dan pikiran saya tak memusingkan persepsi orang lain. Kita yang kerjakan, sukses kita bisa dinikmati semua orang. Namun saat kita lelah, yang paling merasakan sakit pasti diri kita sendiri dan dampaknya baru ke yang lain.

Saya kira motto "Uripku Tak Setel Woles" tetap layak dipegang di era kerja secara daring dan luring.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline