Dalam judul di atas saya mengikuti quote dari Robert Jhon Meehan. Saya ganti menjadi students karena saya berhadapan dengan peserta didik bukan golongan children. Ini salah satu karakteristik layanan pendidikan kesetaraan, sekolah bebas usia.
Tiba-tiba saja saya ingat quote tersebut ketika mengikuti Temu Pendidik Nusantara Daerah 9 (TPND) di Jombang Jawa Timur pada Ahad tanggal 21 Agustus 2022 lalu. Ahad adalah hari libur bagi kebanyakan pendidik di Indonesia. Namun, pendidik yang mengikuti kegiatan ini semangat menjadikan hari Ahad sebagai hari belajar, berbagi, dan mengapresiasi karya sesama pendidik, praktisi, dan pemerhati pendidikan. Komunitas Guru Belajar Nusantara (KGBN) selaku penyelenggara kegiatan menyatakan dengan jargon "Bergerak untuk Berdampak."
TPND 9 ini memang berbeda dengan pertemuan para pendidik pada umumnya. Dalam pertemuan ini fokus membahas upaya dan yang telah diupayakan para pendidik agar peserta didik di tempat tugas masing-masing benar-benar terlayani kebutuhan belajarnya di sekolah. Semangat melaksanakan Kurikulum Merdeka tampak nyata dalam pertemuan ini.
Siapa saja boleh berbagi pengalaman/ praktik baik mengajar. Peserta kegiatan siap mendapat apresiasi dan ringan memberi apresiasi. Pokoknya kegiatannya nendang bangetttt!
Ada Kepala RA yang berbagi pengalaman mengorganisasikan SDM/ pendidik agar mampu menciptakan Alat Edukatif sendiri. Ada guru MI yang menghadirkan polisi sebagai mitra mengajar di kelas agar peserta didik mendapatkan pengalaman belajar yang menyenangkan dan mengesankan. Ada guru SMP, guru SMK yang berbagi praktik baik mengajar masing-masing. Semua sharing tersebut inspiratif, dan mengajak peserta untuk merenungkan kembali apakah yang telah dilakukan sudah bermanfaat bagi peserta didik.
Durasi yang disediakan panitia TPND 9 untuk masing-masing penyaji materi cukup singkat. Namun waktu yang singkat ini berharga, sehingga bisa menyaksikan praktik baik mengajar dari banyak peserta TPND 9. Saya jadi ingat Ketua UMUM DPP FTPKN dalam salah satu rakor organisasi, bahwa materi kegiatan organisasi tidak perlu waktu lama, secukupnya saja agar tidak membosankan.
Pertemuan ini memang hanya fokus bagaimana memberikan hal-hal terbaik kepada peserta didik di kelas. Tidak ada yang membahas tunjangan profesi, tidak ada yang membahas PPG, apalagi melakukan kesepakatan untuk mendapatkan kesejahteraan hidup, semua peserta fokus dan serius dengan tujuan kegiatan, tujuan melaksanakan Kurikulum Merdeka yang berfokus pada kebutuhan peserta didik.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jombang dalam sambutannya menyampaikan terima kasih kepada komunitas pendidik yang menyelenggarakan kegiatan untuk meningkatkan profesionalitas mengajar seperti kegiatan TPND 9. Pemerintah tentu tak mampu melaksanakan amanah undang-undang untuk mencerdaskan bangsa sendiri, butuh pihak lain termasuk komunitas pendidik. Tentu saja pernyataan beliau menjadi motivasi komunitas pendidik untuk terus bergerak melaksanakan Kurikulum Merdeka.
O ya, TPND 9 ini melaksanakan karakteristik pembelajaran yang mengakhiri tiap materi Ng disajikan pemateri dengan refleksi. Kurikulum Merdeka banget!
Yang tak kalah keren, dalam TPND 9 ini saya tak menemukan peserta yang mengeluhkan pergantian kurikulum menjadi Kurikulum Merdeka dengan ungkapan klise
"Ganti menteri ganti kurikulum." Saya pahami bahwa peserta TPND 9 memang orang-orang yang mudah beradaptasi dengan perubahan. Tidak banyak protes sebaliknya taat dan patuh melaksanakan Kurikulum Merdeka dengan penuh semangat. Pemandangan yang elok, menampilkan keteladanan yang patuh dan taat sebagaimana peserta didik yang pantas patuh dan taat kepada guru-guru mereka.