Lihat ke Halaman Asli

Astatik Bestari

Astatik ketua PKBM Bestari Jombang Jawa Timur

Pembelajaran Bermakna Era Pandemi Covid-19

Diperbarui: 14 Juni 2021   15:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anak saya sedang mendesain e-sertifikat webinar komunitas penulis


Ada kelonggaran belajar di era pandemi Covid-19 atau tidak, pembelajaran bermakna sudah semestinya diberikan kepada peserta didik. Bisa saja peserta didik yang ada di sekolah formal maupun nonformal.

Video YouTube hasil belajar  di luar sekolah.


Pembelajaran bermakna yang selama ini diberikan sekolah yang saya kelola adalah membekali peserta didik dengan ketrampilan yang akan menjadikan mereka mandiri secara finansial.

Tidak hanya peserta didik, wali PAUD pun dibekali keterampilan ini. Kami bangun pola pikir bahwa memanfaatkan waktu luang itu penting. Pada saat waktu tunggunya mengantarkan anaknya sekolah, orang tuanya juga diberdayakan dengan memberi ketrampilan. Ini sudah biasa dilaksanakan oleh sekolah yang saya kelola sebelum ada pandemi Covid-19.

Sedangkan untuk peserta didik, materi kewirausahaan ini disesuaikan dengan minat peserta didik, bukan paket ketrampilan yang ditetapkan oleh sekolah. Manfaat dalam penentuan pembekalan kewirausahaan ini agar peserta didik bisa mengembangkan ketrampilannya sesuai minat, bakat, dan passionnya.

Belajar bermakna dalam pemahaman saya selaku pengelola sekolah adalah pembelajaran yang tampak langsung manfaatnya dan dapat dirasakan perubahannya pada diri peserta didik.

Tampak langsung manfaatnya misalnya ilmu yang diberikan langsung dipakai dalam kehidupan sehari-hari dalam hal ini menjalankan aktivitas bidang ekonomi baik skala kecil, syukur-syukur dalam skala besar. Misalnya materi marketing, materi pengemas produk dan lain-lain.

Manfaat perubahan dalam diri peserta didik misalnya diberikan materi soft skill kewirausahaan misalnya kerjasama atau membangun jaringan kerja atau berkolaborasi dengan pihak luar. Membangun mimpi untuk mengembangkan usahanya di masa depan juga diberikan. Termasuk juga meneropong kebutuhan masa dengan masyarakat.Tak ketinggalan, dibangun juga budaya di sekolah yang taat asas, jujur, menghargai teman, menghargai waktu dan memiliki kepekaan sosial. Nilai-nilai ini tidak diberikan melalui tatap muka kelas, tapi menjadi budaya dalam interaksi sosial peserta didik, tutor, dan pengelola sekolah.Program seperti ini sudah saya terapkan pula kepada anak saya selama School From Home. Ia saya stimulasi agar mau mempelajari hal-hal yang sering dibutuhkan oleh masyarakat. Karena ia sering berinteraksi dengan perangkat digital, maka motivasi saja bangun  dalam tugasnya adalah pekerjaan-pekerjaaan terkait teknologi digital.

Dari kemampuannya mengelola perangkat digital ini, saya mantab memberdayakan kemampuannya di sekolah. Ia saya posisikan sebagai peserta didik yang sedang magang kerja, sehingga setelah berhasil menyelesaikan tugasnya ia layak diberikan honor.

Ia juga pernah menjadi narasumber pada Perkumpulan Sekolah Online Indonesia. Materi yang disajikan adalah membuat website sekolah bagi pemula. Dari sini saya bisa mengambil penilaian dalam hal  kemampuannya menyampaikan pengetahuannya kepada banyak orang.

Perihal tugas dari sekolahnya yang masih penuh memperhatikan capaian kurikulum, saya hanya mendampinginya sebagai orang tua seperti saat sebelum pandemi. Tidak ada effort yang besar, karena guru di sekolah pasti sudah memberikan support dari jarak jauh melalui interaksi google classroom maupun WAG kelas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline