Lihat ke Halaman Asli

Astatik Bestari

Astatik ketua PKBM Bestari Jombang Jawa Timur

Pasir Alat Perisai Diri

Diperbarui: 6 April 2021   22:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri


Perjalanan luar kota era pandemi COVID-19 tentulah berbeda dengan sebelumnya. Begitu pula saya menyikapinya. Semua saya jalani dengan memperhatikan protokol pencegahan COVID-19.Sebelum ada pandemi COVID-19, saya naik transportasi apapun tak pernah mempermasalahkan, jalan saja. 

Namun perjalanan ke luar kota tepatnya ke Semarang beberapa waktu lalu, saya pastikan saya tetap selamat sampai kembali pulang. Baik selamat dari penularan COVID-19 maupun bahaya lainnya.

Saya kira logis, kalau tiba-tiba saya begitu terperinci menjaga keselamatan saya. Konyol rasanya, kalau sudah ada ketentuan protokol pencegahan COVID-19, saya abaikan begitu saja. Tak terkecuali menjaga keselamatan lainnya karena saya melaksanakan perjalanan luar kota sendirian.

Nah, pertimbangan itulah yang akhirnya saya putuskan berangkat dan pulang melaksanakan dinas luar kota ini menggunakan kereta api (KAI).  Salah satu alat transportasi yang telah menetapkan penumpangnya harus menunjukkan surat keterangan negatif COVID-19.

KAI tak sama dengan alat transportasi darat lainnya. Jadwal keberangkatan telah ditetapkan. Di sini saya mulai berpikir tentang keselamatan saya. Jadwal keberangkatan dan sampai tujuan, tidak ada masalah, berangkat sekitar  jam 15.30 WIB, dan sampai di kota tujuan sekitar jam 18.45 WIB.

Saya dibantu pengurus PKBM Bestari mencari jadwal keberangkatan pulang kembali ke Jombang. Ternyata keberangkatan KAI  dari stasiun Poncol atau stasiun Tawang yang dekat dengan tempat kegiatan kedinasan saya, keberangkatan KAI ada sekitar jam 23.30 WIB dan sekitar jam 02.30 WIB.

Melihat jadwal keberangkatan semua malam hari dan dini hari, tentulah saya check out dari penginapan malam hari, menuju ke stasiun Poncol (stasiun paling dekat dengan tempat kegiatan saya).

Awalnya saya tenang, tidak berpikir macam-macam. Namun saat waktu beranjak malam saya tiba-tiba khawatir.
Tak ayal, saya telepon suami.

"Bi, mangke kulo medal saking hotel jam 22.00. Njenengan doakan aman-aman mawon gih." pemberitahuan saya kalau saya check out jam 22.00. Sekaligus permohonan doa saya kepada beliau agar saya dalam kondisi aman.

Jamannya sudah beda. Era pandemi COVID-19 biasanya ada jam malam. Perjalanan malam hari suasana sepi tentu tak nyaman bagi saya. Apalagi sejak menikah saya merasa bahwa diri saya tidak sebebas masih single. Saya merasa menjadi bagian dari orang lain, tepatnya bagi suami dan anak saya.

"Mi, coba disiapkan pasir. Taruh di saku bajumu. Jaga-jaga kalau ada yang menyerang, lempar pasir itu ke muka orang tersebut!" saya tiba-tiba ganti yang ditelpon suami. Beliau memberi petunjuk ittiba' pasukan perang Badar jaman Rasulullah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline