Lihat ke Halaman Asli

Astatik Bestari

Astatik ketua PKBM Bestari Jombang Jawa Timur

Perjalanan Seorang Hemodialisa

Diperbarui: 12 Februari 2021   12:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok Sahabat Pena Nusantara

Hingga akan genap  usia pandemi Covid-19 setahun di negeri ini, saya masih saja bisa memunguti hikmahnya. Jika di awal pandemi Covid-19 saya ditakdirkan Gusti Allah bisa menulis buku perjalanan saya merawat orang sakit, maka di hampir setahun pandemi Covid-19 berlangsung, saya mendapatkan pelajaran berharga dari penulis buku sekaligus penderita Chronic Kidney Disease Stage V atau Gagal Ginjal Kronis stadium terminal.

Saya memperoleh pengetahuan berharga setelah membaca bukunya yang berjudul Rumpun Ilalang Catatan HD Traveler. Membaca larik demi larik kalimat yang ada di buku tersebut rasa haru dan hanyut dalam ceritanya membuat saya berkali-kali meneteskan air mata, hingga sesenggukan menahan haru. 

Tak cuma haru, hati saya juga dihinggapi rasa kagum kepada penulis buku tersebut. Dalam sakitnya yang tergolong dianggap sebagai vonis kematian, sempat menyelesaikan program pascasarjana hingga mendapatkan gelar M.S.I . Selain itu, beberapa lomba literasi dimenangkannya. Tidak sekadar ikut lomba sebagai peserta saja, bukan? Subhanallah.

Selalu saja, tiap apa yang ditimpakan Allah kepada hamba-hamba-Nya, di situ pula disertakan berbagai solusi dan harapan. Saya simpulkan, begitulah yang tersirat dalam kisah ini. Teman sejawat, saudara, suami, anak, murid, tim medis, dan orang lain menjadi sahabat yang menguatkan hatinya sehingga meringankan beban pikirannya. 

Ketabahan dan ketangguhannya menderita sakit ini nampak pula pada sikap yang masih bisa mandiri. Saya salut dan sempat terbesit rasa khawatir ketika pulang pergi menjalani HD , Hemodialisa ( terapi cuci darah) mengendarai motor sendiri. Tangguh dan tabah. 

 Penulis berkisah sempat dimarahi pengguna jalan lain karena mengendarai motornya sedemikian rupa karena mengamankan salah satu tangannya yang terpasang AV Shunt. Pada sesi membaca kisahnya ini menyadarkan saya sendiri ketika menghadapi pengguna jalan yang lambat melajukan kendaraannya. Saya harus menambah referensi kesabaran saya di jalan raya ketika ada pengguna jalan yang lambat melajukan kendaraannya. Jika biasanya dimaklumi karena mungkin pengendaranya tua, atau baru bisa nyetir, maka kini satu alasan pemakluman agar tetap sabar di jalan raya adalah prasangka kemungkinan si pengendara sedang sakit.

Kamis, 18 Februari 2021 insyaallah saya akan berjumpa dengan penulisnya langsung dalam IG Live komunitas penulis Sahabat Pena Nusantara.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline