Di zaman sekarang, kita tentu sudah tidak asing lagi dengan yang namanya konflik. Baik itu konflik antar negara sampai antar manusia. Konflik ini menyangkut perihal sosial, keagamaan, moral, adat istiadat, budaya, dan lain sebagainya.
Salah satu penyebab konflik ini adalah ketika umat islam jauh dari Al-Quran dan tidak menjadikan Al-Quran sebagai solusi atau landasan hidupnya.
Ketika konflik terjadi, tentu hubungan sesama manusia tidak akan baik dan akan merusak tatanan hidupnya. Hal Ini merupakan bibit-bibit perpecahan ummat bahkan perpecahan bangsa.
Dalam kehidupan, manusia tidak dapat dipisahkan dari potensi konflik yang terjadi, baik antara individu maupun kelompok. Dalam ilmu sosiologi, konflik adalah suatu proses sosial antara dua individu atau kelompok, di mana satu di antara satu pihak berusaha untuk menyingkirkan pihak lain, dengan menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya dengan cara yang disertai ancaman dan kekerasan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, yaitu percekcokan, perselisihan, dan pertentangan antara dua kekuatan.
Konflik sangat erat kaitannya dengan interaksi antar manusia maupun kelompok. Seperti yang kita ketahui dalam Pancasila sila ke 2 yang berbunyi, "kemanusiaan yang adil dan beradab". Dari sila ke 2 ini, kita perlu mengetahui arti dari kemanusiaan.
Dan kemanusiaan memiliki korelasi dengan manusia. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, manusia adalah makhluk yang berakal budi. Karena hakikat dari manusia adalah berakal dan berbudi pekerti. Dan hal inilah yang membedakan manusia dengan makluk lain.
Manusia bukan sekedar makhluk yang memiliki kepandaian saja, namun memiliki budi pekerti untuk menimbang baik buruknya sesuatu yang akan dilakukan. Oleh karena itu, manusia senantiasa disandingkan dengan kemanusiaan.
Kemanusiaan adalah cerminan bahwa manusia itu layak dikatakan sebagai manusia. Seperti dalam istilah, manusia yang memanusiakan manusia. Yang berarti seorang manusia yang memiliki sifat kemanusiaan untuk memanusiakan manusia yang lainnya.
Seperti yang terdapat dalam pembukaan UUD 1945 dengan tegas menolak penjajahan karena hal ini tidak sesuai dengan kemanusiaan. Arti dari kemanusiaan adalah kembali pada hakikat manusia yang memiliki akal budi.
Sebagai contoh, ada sekelompok orang yang akan membunuh orang tak bersalah di jalanan. Ketika sekelompok orang ini melancarkan aksi pembunuhannya, maka bisa dikatakan sifat kemanusiaannya atau hakikat nya sebagai manusia sudah hilang.
Namun, jika sekelompok orang ini tidak jadi membunuh orang di jalanan, maka mereka masih memiliki sifat kemanusiaan tersebut. Karena manusia memiliki akal budi yang bisa membedakan mana yang baik dan buruk, sedangkan perilaku pembunuhan terhadap orang tak bersalah adalah perilaku buruk dan membahayakan nyawa orang lain.