Lihat ke Halaman Asli

assyifa elya rahmah

Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Rumah Kayu di Ssebuah Ibukota Jakarta

Diperbarui: 2 November 2024   23:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Namaku adalah fajar  dan pekerjaanku saat ini adalah seorang asitektur bangunan. Misiku sejak kecil adalah bisa membuat taman yang hijau nan asli walaupun kita tidak berada di pedesan namun semua itu bisa terwujud saat aku dewasa. Kini aku membuat lahan depan rumahku dengan menanaminya banyak pohon, bunga dan tanaman hijau lain. 

Aku juga membuat kebun kecil di belakang rumahku, seperti  sayur-sayuran maupun buah-buahan yang aku tanam bersama istriku. Kebun kecil tersebut kuberi nama mawar seperti namanya, cantik dan pecinta tanaman ,kami tinggal dengan rumah yang bernuansa kayu kami gunakan semua dari atap ,tembok , lantai, semua dari bahan kayu  asli. Rumah ini adalah tempat kami berteduh dari panas dan hujan .

Kami pun memelihara ayam, kelinci, dan ikan.  Kami pikir mereka juga makhluk hidup, kami selalu memberikan makan mereka setiap pagi dan sore hari. Melihat mereka semua sehat dan gemuk membuat hatiku senang, terutama putra pertamaku yang bernama Saka, kini berusia 7 tahun dan sangat suka dengan kelinci manis.

Ia selalu berlarian di halaman depan rumah sehingga sesekali terjatuh di rerumputan namun ia tak pernah menangis ,malah ia tertawa. Bagi Saka, kelinci sudah seperti temannya. Saka dan Juita, adiknya yang berusia 3 tahun selalu melihat ikan di kolam belakang rumahnya.

Aku senang karena bisa menghabiskan waktu dengan keluarga kecilku. Hari ini saatnya kami panen tomat, cabai, wortel, bayam, kentang di halaman belakang rumah.

 Aku dan Saka sudah siap bertempur dengan alat kebun kami, aku memetik cabai, wortel, tomat dengan menggunting tangkai dengan perlahan agar tidak menyakiti  pohon tersebut. Kemudian menaruhnya di keranjang yang sudah kami bawa dari dapur. Untuk memanen kentang, aku gali dengan cangkul. Saka pun sangat antusias menarik keranjang sayuran tersebut

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline