Menyandang status baru bukanlah hal mudah yang bisa kita lewati begitu saja. Hal tersebut merupakan pertanda bahwa dalam menjalani kehidupan ini, kita akan selalu berkembang dari satu fase ke fase lainnya. Setiap orang yang ingin naik level harus bisa menghadapi suatu ujian terlebih dahulu. Mengapa demikian? Karena ujian tersebut dimaksudkan untuk mengetes seberapa layak diri kamu dapat naik ke level selanjutnya, semakin tinggi levelnya, maka akan semakin tinggi pula ujian yang harus hadapinya.
Waktu manusia untuk hidup di dunia sangatlah singkat, ibarat seseorang yang sedang berjalan di tengah gurun pasir yang hilang arah entah kemana. Pertanyaannya ialah, dari mana dan mau kemana kah diri ini dalam melintasi gurun tersebut? Apakah pergi ke utara, selatan, timur, atau barat? Ingatlah, bahwasannya hidup ini hanyalah persinggahan yang sebentar, bagaikan rest area yang harus kita lewati demi meraih tujuan dan cita-cita tertinggi.
Banyak juga orang yang mengandaikan hidup ini bagaikan arus air yang mengalir di sungai, let it go. Namun, apakah harus demikian? Memang betul jika air mengalir dari hulu ke hilir, tapi apakah ada yang tahu kemana tujuan aliran air tersebut akan terhenti hingga menuju laut? Pintu mana sajakah yang akan dilewati? Dan juga rintangan apa saja yang harus dilewati dalam menerjang derasnya arus yang berbenturan di batuan sungai yang besar? Begitulah hidup, hakikat manusia untuk bisa menggapai tujuan dengan melewati rintangan demi rintangan supaya dapat naik level ke jenjang yang lebih tinggi dalam meraih ridho-Nya.
Tidak hanya mengikuti arus sungai saja, melainkan juga harus dapat menentukan arah kemana arus tersebut akan mengalir sehingga terpenuhilah tujuannya. Maka dari itu, alangkah indahnya jika hidup ini diisi dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat, terutama untuk senantiasa memberikan manfaat untuk orang banyak supaya dapat menjadi sebaik-baik manusia.
Napak tilas kehidupan ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu masa anak-anak, masa muda dan masa dewasa. Selalu menarik untuk membahas tentang kehidupan di masa muda yang memiliki peran penting dalam menentukan keberlangsungan hidup seseorang ke depannya.
Mahasiswa, satu kata yang mempunyai beragam makna. Kehidupan seorang mahasiswa tidak dapat terlepas dari masa mudanya. Pada masa inilah ia akan mencicipi begitu sulitnya hidup untuk tetap bisa berdiri tegak atas prinsip yang dimilikinya, hanya segelintir orang saja yang mampu bertahan, sedangkan yang lainnya akan pergi meninggalkan yang lain dengan alasannya sendiri. Maka dari itu, masa inilah yang menjadi kunci utama kemana arah haluan hidup seseorang, ia bebas untuk memilih gunung mana yang akan ia daki hingga ke puncak tertinggi.
Banyak orang diluar sana yang tidak memiliki kesempatan untuk dapat mengenyam pendidikan, beda halnya seorang mahasiswa. Ini merupakan kesempatan yang langka untuk bisa merasakan starat tertinggi dalam pendidikan akademisi. Akan tetapi, banyak mahasiswa yang menyia-nyiakan waktunya untuk melakukan kegiatan yang kurang bermanfaat bagi masyarakat dan dirinya sendiri. Ingat, kesempatan tidak akan datang dua kali, waktu tidak akan pernah terulang, maka pikirkanlah tindakan dan pilihan seperti apa yang akan engkau ambil dalam menapaki kisah kehidupanmu selama ini.
Sebagai mahasiswa yang belajar di Jurusan Kesejahteraan Sosial, saya dituntut untuk mampu peka terhadap beragam masalah sosial di sekitar dan memiliki kompetensi untuk menyelesaikan masalah tersebut. Mulai dari tingkat mikro hingga yang makro. Terdapat salah satu prinsip dalam melakukan praktik pertolongan tersebut, help them to help them self. Bagaimana caranya supaya kita dapat membantu orang tersebut dengan cara menolong masalahnya dengan bantuan dirinya sendiri. Memaknai bahwa menolong orang lain dapat dimulai dari menolong diri sendiri. Justru makna tersebut akan berbalik menjadi help me to help my self. Bukankah terdengar aneh? Terombang-ambing tanpa ada perubahan yang signifikan, stagnan begitu saja tanpa ada perubahannya sama sekali. Tanpa disadari ternyata waktu sudah mulai habis? Sudah berada diambang luar batas normal. Apakah ini yang namanya sadar dalam keterlambatan?
Mengenal lingkungan baru, suatu proses adaptasi tersendiri bagi seseorang dalam menjejaki kehidupan barunya, yaitu dunia kampus. Tempat orang-orang yang mempunyai tingkat intelektualitas tinggi berkumpul dalam meraih cita-citanya, sebagaimana kehidupan mahasiswa yang sudah dijelaskan, pandai-pandailah bersyukur atas rezeki dan kesempatan yang telah diberikan Sang Maha Pemberi. Alhamdulillah.
Semuanya itu ialah dinamika dalam menggeluti kisah perjalanan hidup. Mulai dari tidak tahu apa-apa hingga mejadi seorang yang memiliki ilmu yang dapat dipergunakan demi mensejahterakan lingkungan sekitar, mulai dari keluarga, teman, kerabat, dan masyarakat itu sendiri. Menjejaki langkah demi langkah, hands on experience. All by process, tidak ada segala hal yang datang dengan tiba-tiba. Masak mie instan pun masih harus direbus terlebih dahulu, bahkan segala hal yang instan pun tidak akan pernah betul-betul instan. Hal tersebut mengindikasikan bahwa dalam mempelajari suatu hal dimulai dari 0% untuk bisa mencapai titik 100% yang sudah maksimal. Itu berarti hidup merupakan proses belajar yang tak akan pernah selesai hingga ajal menerjang. Mulai dari rahim ibu kita, hingga terbaring sendirian di liang kubur yang seluas 1m X 1,5m.
Sadarkah bahwa semua ini merupakan amanah yang Sang Pencipta berikan kepada kita? Amanah yang ditujukan kepada kita untuk mengajak kebaikan. Dakwah bukanlah urusan yang mudah, akan tetapi ia merupakan amanah agung yang pernah ditawarkan kepada langit, bumi dan gunung. Mereka semua menolak untuk memikulnya dan merasa takut, kemudian manusia memberanikan diri menerimanya. Sesungguhnya manusia itu banyak berbuat aniaya dan tidak mengetahuinya.