Lihat ke Halaman Asli

Yulianto

Menulis saja

Kebaikan Dalam Tradisi Salam Tempel bagi Anak

Diperbarui: 11 Juni 2018   18:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: pegipegi.com

Lebaran sudah di depan mata. Salah satu kebiasaan yang paling dinantikan oleh anak-anak di hari lebaran adalah tradisi salam tempel. Tradisi salam tempel sendiri tak hanya dilakukan oleh masyarakat Indonesia saja. Kebiasaan ini juga dilakukan oleh masyarakat di negara lain. Bagi masyarakat Tionghoa misalnya, tradisi memberikan uang ini disebut bagi-bagi Angpao. Kegiatan ini biasa dilakukan masyarakat Tionghoa saat Imlek. Lain lagi dengan masyarakat Arab, tradisi ini disebut dengan Eidiyah. Biasanya setelah melaksanakan shalat Idul Fitri, masyarakat Arab akan berkumpul di masjid, bersalam-salaman, dan memberi hadiah.

Ketika masih di sekolah dasar, saya juga pernah punya pengalaman mendapatkan salam tempel di hari lebaran. Dahulu, hanya beberapa orang saja di kampungku yang melakukan tradisi ini. Salah satunya adalah pak Imam masjid. Ia merupakan salah satu sesepuh di kampungku. Saat itu, setelah melaksanakan shalat Idul Fitri. Menjelang tengah hari rumah pak imam masjid itu akan ramai diburu oleh anak kecil yang ingin bersilaturahmi. Tujuan utama silaturahmi itu tentu saja ingin mendapatkan salam tempel dari pak imam. Walaupun nominal uang yang diberikan tak besar, pemberian pak imam itu tetap membuat anak-anak sangat bahagia.

Terlepas dari kebahagiaan yang dirasakan anak-anak melalui pemberian salam tempel.Tradisi ini nyatanya tak selalu dianggap sebagai kegiatan yang baik bagi beberapa orang. 

Ada yang beranggapan melalui tradisi ini anak akan diajarkan untuk bersifat materialistis, yaitu sifat yang mengukur segalanya dengan kebendaan. Melalui tradisi ini, anak ditakutkan akan mengalami pergeseran pemahaman tentang nilai silaturahmi. Bukannya sebagai ajang menyambung rasa kekeluargaan, anak-anak ditakutkan akan menganggap silaturahmi sebagai ajang mengumpulkan uang.

Namun, benarakah demikian? Bagi saya sendiri, tradisi salam tempel justru mempimpan kebaikan yang lebih besar ketimbang efek buruknya. Tetapi untuk memperoleh kebaikan tersebut, pemberian salam tempel harus dilakukan secara tepat. Nah, kebaikan apa saja yang terkandung dalam tradisi salam tempel bagi seorang anak? berikut ulasannya,

Mengajarkan sebuah nilai melalui reward (penghargaan)

Dalam sebuah praktik ibadah, manusia tak hanya diharapkan sekadar menjalankan ritual dari ibadah itu, ia juga diharapkan dapat belajar mengenai nilai yang terkandung dalam ibadah tersebut. Misalnya berpuasa, kebaikan dan nilai yang ingin dicapai melalui ibadah puasa tentu bukan hanya sekadar manfaat lahiriah dari menahan lapar dan dahaga belaka. Ada nilai yang lebih tinggi yang ingin diajarkan oleh Allah Swt melalui ibadah tersebut. Bersabar, menahan diri terhadap harta, rajin bersedekah adalah contoh dari beberapa nilai tersebut.

Untuk mengajarkan anak tentang sebuah nilai tentu tidak bisa dilakukan secara langsung. Anak butuh proses pembelajaran yang sedikit lebih panjang untuk sampai pada pemahaman itu. Salah satu cara untuk melatih pemahaman tentang nilai kepada anak adalah dengan memberikan iming-iming hadiah. Melalui pemberian hadiah, akan terbangun kesadaran pada anak bahwa ada ganjaran yang akan diperoleh dari setiap perilaku atau tindakan seseorang. Sederhananya, "Jika saya melakukan ini, saya akan mendapatkan itu".

Karena mustahil mengajarkan secara langsung sesuatu yang abstrak seperti nilai kepada anak yang masih kecil. Makanya diperlukan media berupa materi untuk memberikan pemahaman tersebut kepada anak. Apakah ini efektif? tentu saja efektif. Bahkan Allah Swt menggunakan cara ini untuk mengajarkan hambanya sesuatu yang lebih tinggi, Contohnya, sebuah ayat tentang sedekah dalam Al Quran,

Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan melipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezeki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan. (QS. Al-Baqarah 245)

Allah Swt mengimingi hadiah bagi hamba-Nya yang bersedekah dengan balasan berlipat ganda. Sederhananya, jika seorang hamba memberi 10, Allah Swt akan membalasnya dengan 100, 1000 bahkan 1.000.000 atau lebih. Tapi apakah nilai yang ingin diajarkan Allah Swt dengan bersedekah hanya sebatas itu? tentu tidak. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline