Lihat ke Halaman Asli

Yulianto

Menulis saja

Berburu Cakar di Pasar Dadakan

Diperbarui: 27 Mei 2018   13:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pasar Sore (Dokpri)

Di bulan ramadan, tak hanya masjid yang menjadi ramai oleh umat muslim yang ingin beribadah. Pasar, sebagai tempat perputaran ekonomi masyarakat menengah ke bawah juga penuh sesak oleh pengunjung yang ingin membeli berbagai keperluan ramadan. Di daerahku, pasar memiliki jadwal buka tertentu di setiap minggunya. Namun khusus di bulan ramadan, ada pasar yang terbuka setiap hari, mulai dari menjelang sore hingga waktu berbuka. Pasar dadakan, begitu orang kebanyakan menamakannya namun masyarakat disini sering menyebutnya dengan pasar sore.

Sebenarnya, orang-orang yang menjual di pasar sore ini adalah penjual yang sama dengan yang sering berjualan di pasar reguler. Hanya saja, demi menambah pemasukannya, mereka juga membuka lapak di pasar dadakan ini. Barang yang dijual di pasar ini pun sedikir berbeda dengan barang yang biasa dijual di pasar reguler. Kebanyakan memang adalah barang keperluan ramadan, seperti makanan mentah, bumbu dapur, atau berbagai makanan manis untuk buka puasa, dll. Animo masyarakat mengunjungi pasar ini pun sangat tinggi. Ketika sore menjelang, jalanan di sekitar pasar akan dibuat macet oleh lalu lalang kendaraan yang umumnnya ibu-ibu yang hendak mencari keperluan dapurnya.

Tak hanya kalangan ibu yang suka mengunjungi pasar ini, anak muda pun juga turut ikut serta membuat pasar dadakan ini semakin semarak. Terkhusus bagi kaum muda, salah satu alasan utama yang memikat mereka datang ke pasar ini adalah ingin berburu cakar. Jangan salah paham tentang cakar. Cakar yang dimaksud disini bukanlah bagian dari tubuh hewan predator.

Cakar yang dimaksud adalah singkatan dari cap karung. Cakar adalah istilah yang digunakan masyarakat Sulawesi Selatan pada umumnya kepada pakaian bekas impor yang dijual kembali. Di daerah lain, masyarakat memiliki sebutan berbeda untuk pakaian jenis ini,  misalnya rombengan dan awul-awul. Bagi pemuda disini, kebiasaan berburu cakar merupakan hal yang menyenangkan di bulan ramadan.

Cara berburu pakaian cakar pun terbilang unik. Mata kita harus jeli memilah dan memilih pakaian mana yang masih dalam kondisi bagus karena pakaian ini hanya dibiarkan berserakan tak beraturan di lapak pedagang. Bahkan, tak jarang para penggemar cakar berebut memilih pakaian yang masih ditumpuk di dalam karung.

Minat masyarakat khususnya pemuda terhadap pakaian jenis ini lumayan tinggi. Meskipun bukan barang baru tapi second, kualitas pakaian dan model pakaian ini cukup diminati masyarakat. Bahkan jika beruntung, kita dapat menemukan pakaian berkualitas bagus dengan kondisi pakaian yang masih seperti baru.

Menurut cerita yang beredar di kalangan penggemar cakar, pakaian ini berasal dari negara-negara besar di asia yang didatangkan secara ilegal melalui pelabuhan-pelabuhan di kota makassar. Di makassar sendiri, kalangan mahasiswa sudah sangat familiriar dengan pakaian cakar. Mereka rutin berburu cakar terutama saat "buka baru", ketika stok pakaian baru datang dari pelabuhan. Biasanya di hari sabru dan minggu.  Pusat penjualan pakaian cakar di sekitar Makassar adalah di pare-pere, Jl. Toddoppuli, Pasar terong, pasar mandai dan jl. Ratulangi.

Selain karena kualitas yang tak kalah dengan barang baru, daya tarik dari pakaian jenis ini adalah barang-barang branded dapat dijumpai di lapak-lapak penjual cakar, seperti Adidas, Nike, Zara, Flanel, Levi's,dll. Bagi mereka yang melek barang bermerk, tentu saja kesempatan ini tak akan disia-siakan, Apalagi harga yang ditawarkan kepada pakaian jenis ini terbilang sangat murah. Jika pandai menawar, dengan uang Rp. 50.000, kita dapat memperoleh sepuluh lembar pakaian jenis kaos.

Namun, perlu sedikit perlakuan khusus terhadap pakaian jenis ini jika kita memutuskan membelinya. Sebelum digunakan, pakaian harus dicuci berkali-kali terlebih dahulu agar pakaian berada dalam kondsi bersih ketika akan dipakai dan agar kita terhindar dari penyakit yang mungkin ditularkan melalui pakaian ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline